“Rezim SBY-Budino Gagal: Wujudkan Demokrasi Sejati Menuju Pembebasan Nasional di Bawah Pemerintahan Persatuan Rakyat”
Hari dan waktu : Jumat 21 Mei 2010, mulai jam 14.00 WIB selesai jam 15.35 WIB
Bentuk Aksi : Mimbar Bebas
Lokasi : Bundaran HI Jakarta
Jumlah Massa : 92 orang
Korlap Aksi : Odi
Penyelenggara : Aliansi Buruh Menggugat (ABM)
Pukul 14.00, Korlap memulai dengan memberikan komando kepada massa aksi ABM agar menyusun barisan. Segera massa berbaris, paling depan dibentangkan spanduk aksi “Rezim SBY-Budino Gagal: Wujudkan Demokrasi Sejati Menuju Pembebasan Nasional di Bawah Pemerintahan Persatuan Rakyat”. Bendera ABM dikibarkan di barisan depan, bersama beberapa bendera organisasi pendukung aksi. 50-an massa aksi sudah siap dan baris berbanjar. Korlap berseru untuk menyapa seluruh peserta aksi, juga kepada massa rakyat, lalu menjelaskan aksi ABM dijalankan untuk peringatan 12 tahun penggulingan Soeharto. Lagu perjuangan kaum pekerja sedunia segera dikumandangkan: Internasionale.
Setelah aksi dimulai dari sudut jalan Bundaran HI, kemudian barisan beranjak dan menempati lokasi aksi tepat di dalam lingkaran Bundaran HI, menghadap ke jalan dan berlatar belakang air mancur. Kawan Odi sebagai Korlap dengan lantang menegaskan pentingnya aksi mimbar bebar kali ini. Bahwa 12 tahun lalu kekuatan gerakan rakyat berhasil bersatu hingga berhasil menggulingkan Soeharto dan Rejim Orde Baru. Namun perjuangan rakyat tahun 1998 tersebut terbukti dikhianati para elit politik borjuasi yang berkuasa paska Soeharto terguling. Merekalah para Reformis Gadungan, yaitu para elit borjuasi yang mengaku mendukung gerakan reformasi 98 tapi pada kenyataannya terus menjalankan sistem yang sama seperti sistem ekonomi Soeharto.
Aksi dilanjutkan dengan orasi dari organisasi-organisasi. Jumlah massa bertambah hingga 80-an.
Kawan Suleman dari Komite Persiapan Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (KP-PPBI) menjadi orator pertama yang diundang maju. Orasi KP-PPBI dimulai dengan seruan persatuan, berlanjut dengan penjabaran persoalan politik utama paska reformasi adalah kekuatan elit borjuasi yang selalu khianat terhadap rakyat dan sibuk bagi kekuasaan semata. KP-PPBI mengajak untuk ABM dan kaum gerakan lainnya selalu menjelaskan kebusukan elit ini, agar semakin kokoh kepentingan rakyat membangun kekuatannya sendiri menuju pembangunan kekuasaan rakyat sendiri.
Korlap menyambut orasi Kawan Suleman dari KP-PPBI dengan menegaskan bahwa watak dari rejim paska 1998, termasuk rejim SBY-Budiono, pada dasarnya sama-sama tidak menjalankan kepentingan rakyat. Sehingga tidak juga rakyat Indonesia bisa menikmati segala sumber alam Indonesia yang berlimpah.
Orasi politik selanjutnya adalah dari Federasi Serikat Pekerja Otomotif Indonesia (FSPOI) yang diwakili Kawan Suryadi. Walau pengeras suara hanya dengan megaphone kecil, SPOI menyatakan dengan jelas tentang persoalan kaum buruh dan rakyat Indonesia berkaitan dengan rejim penguasa. Sejak Soeharto digulingkan dan berganti rejim, selalu saja perubahan kepemimpinan pemerintahan ini terbukti tidak merubah kehidupan rakyat menjadi lebih baik. Persoalan kaum buruh tidak berkurang, malah makin berkembang dan beragam bentuk. SBY-BD yang mendapatkan suara rakyat untuk berkuasa pun tidak lebih hanya melanjutkan kesengsaraan bagi buruh dan rakyat. Di bawah rejim SBY-Budiono, seakan di Indonesia berjalan terus perbudakan yang mengorbankan mayoritas rakyat. Massa aksi menyambut antusias segala gugatan SPOI ini.
30 menit aksi berjalan, panas matahari tidak mengurangi semangat. Sebagian kawan datang lagi, massa aksi berjumlah 90-an. Beberapa kawan berada di pinggir jalan untuk membagi selebaran ABM yang berisi penjelasan capaian penting gerakan 98, sekaligus dengan tugas-tugas yang harus dilanjutkan oleh kaum gerakan dan rakyat, termasuk mengalahkan elit borjuasi yang selalu khianat.
Korlap aksi terus menajamkan isi orasi yang telah disampaikan, diikuti dengan yel-yel dan lagu yang menyemangati barisan aksi. Setelah orasi dari SPOI, Korlap dengan lantang menegaskan bahwa bagi rakyat tidak bisa membicarakan kemerdekaan sebagaimana seharusnya, karena pada kenyataannya belenggu ekonomi-politik masih besar. Dicontohkan pendidikan, dalam sistem kapitalis yang masih dijalankan pemerintah Indonesia sekarang sehingga sistem pendidikan juga kapitalistik, maka ukuran utama dunia pendidikan tetaplah keuntungan ekonomi bagi penyelenggara pendidikan tersebut. Akibatnya rakyat yang tidak sanggup membayar tidak akan mendapatkan pendidikan yang cukup.
Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN) selanjutnya dipanggil dan memberikan orasi. Kawan Mutiara Ika dari PEMBEBASAN memulai dengan penyegaran aksi melalui atraksi bersama massa aksi untuk menyerukan penggulingan SBY-Budiono. Setiap diserukan SBY-Budiono, massa aksi yang telah diminta berjongkok menyambut dengan serukan GU-LING-KAN sambil berdiri, secara berurutan dari barisan belakang, hingga membentuk gelombang massa. Baru kemudian orasi disampaikan oleh PEMBEBASAN, yang memulai dengan tekanan bahwa sudah seharusnya menjadi kesimpulan bersama kaum gerakan dan rakyat untuk tidak menyandarkan kepentingan kepada rejim kapitalis yang berkuasa. Gerakan reformasi 98 memberi pelajaran tentang bagaimana semua sektor rakyat akhirnya sanggup bersatu dan menggulingkan kediktatoran Soeharto, namun kemudian kekuasaan diambil oleh para kaum oportunis. Tidak bisa diharapkan perubahan dari kaum oportunis ini, karena sepenuhnya mereka bukanlah bagian pendorong reformasi 1998. Pengorbanan dalam perjuangan banyak terjadi dari harta hingga nyawa, dan semuanya dari barisan rakyat dan bukan dari kalangan elit borjuasi yang kini berebut kekuasaan.
PEMBEBASAN juga menguatkan penjelasan tentang sistem pendidikan kapitalistik yang sekaran dijalankan, sebagai persoalan besar rakyat. Bukan hanya akses dan kualitas pendidikan yang tidak diarahkan untuk memajukan masyarakat, namun kebijakan privatisasi pendidikan juga terapkan berbarengan dengan penyempitan ruang politik di kampus. Penyempitan kebebasan mahasiswa di kampus, yang kadang berkamulfase sebagai penertiban jam malam di kampus, adalah juga bentuk lanjutan dari de-ideologisasi mahasiswa yang sebelumnya dijalankan Orde Baru. Untuk itulah maka perjuangan politik kaum gerakan dan rakyat mendesak untuk makin diarahkan pada penggulingan rejim kapitalis, untuk merubah seluruh tatanan. Arah politik penggulingan ini bukan tanpa kekuatan, karena sekarang rakyat sebenarnya sudah melawan di mana-mana, mempersoalkan praktek penindasan negara. PEMBEBASAN menyatakan bahwa aksi-aksi perlawanan rakyat tersebut adalah kekuatan, yang terus harus dimajukan dan dikokohkan dalam suatu alat perjuangan bersama berupa persatuan nasional multi-sektor. Bukan hanya untuk menyerang dan menggulingkan, wujud persatuan kekuatan rakyat tersebut adalah bentuk nyata dari upaya membangun kekuasaan rakyat, sebagai embrio pemerintahan rakyat. Kekuatan rakyat dengan kepemimpinan rakyat sendiri yang terus didewasakan oleh perjuangan menuju pemerintahan rakyat. Pada akhir orasi politiknya, PEMBEBASAN menyerukan program politik utama kaum gerakan dan rakyat, yaitu Bangun Pemerintahan Persatuan Rakyat Miskin.
Kemudian dipimpin Korlap, aksi mimbar bebas ABM di Bundaran Air Mancur HI ini menyanyikan bersama Mars ABM, yang memuat sikap tegas ABM dalam membangun persatuan untuk pemerintahan buruh dan rakyat.
Orasi politik dilanjutkan oleh Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), jelas dan lantang oleh PBHI dinyatakan bahwa peringatan dalam aksi ini bukan hanya peringatan tanggal penjatuhan Soeharto. Tapi juga menjadi ingatan bersama tentang siapa dan bagaimana kekuasaan Orde Baru yang dipimpin Soeharto sejak tahun 1965. Peringatan atas kekuasaan Orde Baru yang dimulai dengan pembantaian jutaan rakyat, penggulingan kekuasaan Soekarno, dan dilanjutkan dengan sistem kapitalis yang juga terus mengorbankan rakyat hingga tahun 1998.
Kesimpulan bersama dalam perjuangan diingatkan lagi oleh PBHI, bahwa tidak ada jalan lain bagi gerakan dan rakyat, bahwa harus: Bersatu! Bersatu! Persatuan rakyat adalah kekuatan paling besar yang menentukan. Seperti juga tahun 1998, kekuatan persatuan rakyat mengalahkan Orde Baru. Rakyat bersatu adalah juga kekuatan yang sanggup menggulingkan tirani pasar yang sekarang berkuasa.
Hampir satu jam aksi berjalan, semangat massa terus terjaga, para orator juga menyampaikan banyak hal penting sebagai kekuatan politik gerakan. Masyarakat pengguna jalan di Bundaran HI menerima selebaran ABM yang dibagikan oleh 5 kawan di beberapa titik jalan.
Orasi selanjutnya dilakukan oleh Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), diwakili Kawan Sherlin. SMI membuka dengan salam perjuangan, lalu tajam mengupas pergantian kekuasaan setelah 1998. Pergantian kekuasaan setelah reformasi hingga sekarang, adalah pergantian kekuasaan diantara borjuasi, sama-sama rejim berjuasi yang mengabdi pada kepentingan modal asing. Rejim berjuasi ini tidak berbeda dalam menjalankan pemerintahan, sehingga pendidikan tetap mahal, upah buruh tetap murah, dan beragam persoalan rakyat lainnya. Bukan hanya dalam hal kesejahteraan, politik sama yang dijalankan oleh rejim borjuis adalah berkaitan dengan demokrasi. Selalu represi terhadap gerakan rakyat menjadi bentuk pemaksaan yang terus dipraktekkan. Seperti pada 18 Mei 2010, aksi SMI direpresi polisi.
Persoalan rakyat yang beragam dinyatakan oleh SMI, tidak lain bersumber pada sistem kapitalisme yang dijalankan oleh borjuasi Indonesia bersama imperialisme dunia. Maka rakyat berkepentingan menyatukan kekuatan melawan kapitalisme dan imperialisme. Perjuangan yang dijalankan oleh buruh, mahasiswa dan sektor lain, di semua tempat, adalah perjuangan yang berhadapan dengan musuh sama. Maka perjuangan-perjuangan ini harus disatukan dan dikuatkan. Persatuan perjuangan yang dibangun dan diwujudkan inilah kekuatan utama untuk menghancurkan kapitalisme dan imperialisme. Persatuan perjuangan ini pula kekuatan untuk menang dan berkuasa.
Massa aksi menyambut semangat perjuangan dengan menyanyikan lagu Buruh-Tani-Mahasiswa-Kaum Miskin Kota.
KPOP selanjutnya tampil memberikan orasi, diwakili Kawan Salam perjuangan dinyatakan KPOP untuk kemudian menegaskan pentingnya ABM dan kaum gerakan selalu bersemangat untuk kepentingan perjuangan. Semangat harus dikembangkan terus untuk melawan dan menghancurkan rejim anti rakyat. Apapun hambatan, dengan semangat berkobar akan bisa diatasi dan gerakan terus maju. Kaum gerakan yang mencita-citakan revolusi tidak boleh diam dan sebatas menunggu, sebaliknya tugas kaum gerakan adalah menjemput revolusi tersebut.
Korlap selalu mengajak tepuk tangan peserta aksi untuk setiap orasi yang diberikan, juga untuk massa aksi sendiri yang tetap bersemangat menjalankan aksi. Sebelum orasi selanjutnya, Korlap juga menegaskan tentang kemiskinan rakyat di tengah kekayaan alam Indonesia adalah karena perampokan oleh kapitalis asing dan kapitalis dalam negeri. Ditajamkan pula kepentingan untuk bersatu, yang langsung diarahkan pada penggulingan rejim kapitalis Indonesia. Represi yang dihadapi dalam perjuangan, seperti yang dialami pada aksi SMI barusan, tidak boleh membuat kaum gerakan takut. Ketika bendera perlawanan telah dikibarkan, pantang mundur bagi ABM dan kaum gerakan untuk mundur, sebelum berhasil dan menang.
Pukul 15.04 WIB. Orasi dilanjutkan oleh Federasi Perjuangan Buruh Jabotabek (FPBJ), diwakili oleh Kawan Helmi. Dinyatakan oleh FPBJ, bahwa aksi ABM kali ini memperingati penggulingan kediktatoran Orde Baru, di mana keberhasilan penggulingan tersebut merupakan kerja besar dari perjuangan rakyat yang membanggakan, tapi belum cukup dan harus dilanjutkan. Pengkhianatan elit borjuasi hingga rejim SBY-Budiono yang berkuasa sekarang, menghasilkan situasi kemiskinan dan penderitaan di kalangan buruh, tani, dan rakyat lainnya. FPBJ meyakinkan bahwa pelajaran dari penggulingan kediktatoran Soeharto bagi tugas selanjutnya, terutama adalah persatuan gerakan rakyat itu sendiri yang ditujukan bagi penggulingan rejim borjuasi. Buruh harus bersatu dan merebut kekuasaan dari tangan kapitalis untuk mengatasi semua persoalan.
Ditegaskan kembali oleh FPBJ bahwa karena kepentingan besar yang diperjuangan, maka perjuangan itu sendiri akan mendapatkan tantangan berat. Represi apapun bentuknya harus dihadapi dan dilawan. Komitmen memajukan dan mempertahankan perjuangan ini penting dan harus kita nyatakan. Lebih penting lagi adalah komitmen seperti yang dilakukan pada aksi ABM ini, yaitu komitmen untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera, komitmen untuk sosialisme!
Maju di depan untuk orasi berikutnya adalah Kawan Basuki, perwakilan dari Serikat Buruh Perjuangan Transportasi Indonesia (SBTPI). Suara keras SBTPI memperjelas pentingnya aksi peringatan penumbangan Soeharto kali ini. Hal pertama adalah bahwa sistem kekuasaan masih sama sebagai pemerintahan kapitalis. Sehingga jelas rakyat terus dikorbankan. Rejim yang berkuasa setelah 1998 masih saja antek kapitalis atau kaum pemodal, baik pemodal asing maupun pemodal nasional. Hal kedua adalah bahwa perjuangan penumbangan Soeharto 1998 dijalankan dengan banyak pengorbanan rakyat. Menuju reformasi 12 tahun lalu, para aktivis gerakan selalu mendapatkan represi, bahkan pembunuhan. Malah masih ada aktivis gerakan yang diculik dan tidak ada kejelasan nasib sampai sekarang. Kita semua berhutang pada semua pengorbanan tersebut, sekaligus menyadari bahwa pemerintahan yang ada bukanlah kekuasaan yang berkepentingan membongkar segala penindasan Soeharto dan Orde Baru. Hal ketiga adalah bahwa dari beragam persoalan yang belum dituntaskan pada perjuangan 1998, tidaklah membuat penumbangan Soeharto 12 tahun lalu menjadi sia-sia. Sebaliknya, capaian 1998 adalah awal yang melapangkan perjuangan selanjutnya, dan itulah tugas kaum gerakan dan rakyat sekarang dan di waktu depan. Bagian dari perjuangan tersebut adalah membangun persatuan gerakan yang progresif dan mandiri. Termasuk ABM di dalamnya, yang berkepentingan membangun persatuan buruh menuju Konfederasi baru, yang akan menjadi alat perjuangan buruh yang jauh lebih maju dari konfederasi-konfederasi buruh yang ada sekarang.
Aksi terus berlanjut. Setelah lama berdiam dalam barisan, kemudian Korlap merapikan barisan dan memimpin barisan aksi berjalan mengelilingi Bundaran HI. Bendera ABM dan bendera organisasi-organisasi berkibar di tengah cuaca terik Jakarta, mars ABM dan lagu-lagu perjuangan dikumandangkan. Satu putaran berkeliling, kembali barisan aksi menempati lokasi semula. Korlap sampaikan aksi akan berakhir setelah orasi terakhir disampaikan.
Perempuan Mahardhika maju untuk menyampaikan orasi terakhir, diwakili Kawan Sarina. Mahardhika lantang menyampaikan salam perjuangan, kemudian menegaskan bahwa pada aksi ini merupakan peringatan atas babak baru bagi Indonesia, yang biasa disebut sebagai masa reformasi. Kaum gerakan dan rakyat selayaknya mengingat dan sampaikan terima kasih untuk kekuatan gerakan 1998, sehingga pada waktu selanjutnya didapat kemajuan-kemajuan politik yang bisa dimanfaatkan oleh kaum gerakan dan rakyat. Gerakan 98 telah memberi ruang politik yang penting dan terus bisa dinikmati hingga sekarang, sekalipun para penguasa terus berusaha menyempitkannya lagi. Orde Baru yang digulingkan adalah kekuasaan yang beralaskan pada pembantaian rakyat dan pemberangusan politik rakyat. Dan kaum perempuan adalah korban yang mendapatkan serangan berlipat. Perempuan oleh Orde Baru dikurung dalam kerja domestik, dibuat stereotype negatif bagi perempuan yang melawan, dihancurkan kekuatan dan organisasi perempuan, dan panjang lagi.
Setelah 12 tahun reformasi dan Orde Baru ditumbangkan, kaum perempuan belum juga mendapatkan kesetaraan. Korban terbesar dari mahalnya pendidikan adalah kaum perempuan. Buruh perempuan masih mendapat diskriminasi upah dan kesempatan maju, bahkan sering menjadi korban pelecehan. Ditekankan oleh Mahardhika bahwa masih banyak persoalan bagi perempuan dan seluruh rakyat, tidak lain karena kekuasaan negara masih dipegang oleh borjuasi. Kaum gerakan yang berjuang dan berkorban untuk menumbangkan Soeharto, tapi kekuasaan diambil oleh elit oportunis dan kemudian dikhianati dengan tidak menjalankan segala tuntutan reformasi 1998. Setelah tiga kali pemilu, rejim kapitalis kembali yang berkuasa, dan terus berjalan perampokan semua hak rakyat, demi keuntungan kapitalis asing dan kapitalis dalam negeri.
Untuk perjuangan sekarang dan ke depan, Mahardhika menyerukan agar demokrasi selalu dituntut dan dimenangkan hingga tercapai demokrasi yang sejati. Demokrasi yang memberi hak kepada rakyat dan sekaligus menjamin kesetaraan bagi semua perempuan, baik perempuan buruh, kaum miskin kota dan semua sektor. Oleh karenanya perjuangan demokrasi penting untuk selalu melibatkan kaum perempuan dan mengusung program pembebasan perempuan, karena tanpa perjuangan kesetaraan tidak bisa dicapai demokrasi sejati tersebut. Apalagi sekarang ketika terus muncul hambatan bagi perempuan, seperti perda-perda yang mengatur dan melarang perempuan. Menjadi kepentingan bersama kaum gerakan untuk membangun gerakan demokratik dan feminis, untuk menyatukan kekuatan dalam persatuan demokratis dan feminis. Persatuan inilah kekuatan untuk melanjutkan gerakan reformasi 1998 menjadi revolusi yang merubah tatanan masyarakat di waktu ke depan. Di akhir orasinya Mahardhika mengingatkan agar persatuan dibangun dengan sama-sama rendah hati dan tidak ada arogansi, dengan saling menghargai kebebasan propaganda bagi kemajuan gerakan, dengan semua karakter demokratis yang kuat.
Sebagai akhir aksi, Korlap memimpin massa aksi menyanyikan Internasionale, dengan tangan kiri teracung-terkepal.
15.35 Aksi ABM selesai.
Kronolog: Kawan Admo.
Hari dan waktu : Jumat 21 Mei 2010, mulai jam 14.00 WIB selesai jam 15.35 WIB
Bentuk Aksi : Mimbar Bebas
Lokasi : Bundaran HI Jakarta
Jumlah Massa : 92 orang
Korlap Aksi : Odi
Penyelenggara : Aliansi Buruh Menggugat (ABM)
Pukul 14.00, Korlap memulai dengan memberikan komando kepada massa aksi ABM agar menyusun barisan. Segera massa berbaris, paling depan dibentangkan spanduk aksi “Rezim SBY-Budino Gagal: Wujudkan Demokrasi Sejati Menuju Pembebasan Nasional di Bawah Pemerintahan Persatuan Rakyat”. Bendera ABM dikibarkan di barisan depan, bersama beberapa bendera organisasi pendukung aksi. 50-an massa aksi sudah siap dan baris berbanjar. Korlap berseru untuk menyapa seluruh peserta aksi, juga kepada massa rakyat, lalu menjelaskan aksi ABM dijalankan untuk peringatan 12 tahun penggulingan Soeharto. Lagu perjuangan kaum pekerja sedunia segera dikumandangkan: Internasionale.
Setelah aksi dimulai dari sudut jalan Bundaran HI, kemudian barisan beranjak dan menempati lokasi aksi tepat di dalam lingkaran Bundaran HI, menghadap ke jalan dan berlatar belakang air mancur. Kawan Odi sebagai Korlap dengan lantang menegaskan pentingnya aksi mimbar bebar kali ini. Bahwa 12 tahun lalu kekuatan gerakan rakyat berhasil bersatu hingga berhasil menggulingkan Soeharto dan Rejim Orde Baru. Namun perjuangan rakyat tahun 1998 tersebut terbukti dikhianati para elit politik borjuasi yang berkuasa paska Soeharto terguling. Merekalah para Reformis Gadungan, yaitu para elit borjuasi yang mengaku mendukung gerakan reformasi 98 tapi pada kenyataannya terus menjalankan sistem yang sama seperti sistem ekonomi Soeharto.
Aksi dilanjutkan dengan orasi dari organisasi-organisasi. Jumlah massa bertambah hingga 80-an.
Kawan Suleman dari Komite Persiapan Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (KP-PPBI) menjadi orator pertama yang diundang maju. Orasi KP-PPBI dimulai dengan seruan persatuan, berlanjut dengan penjabaran persoalan politik utama paska reformasi adalah kekuatan elit borjuasi yang selalu khianat terhadap rakyat dan sibuk bagi kekuasaan semata. KP-PPBI mengajak untuk ABM dan kaum gerakan lainnya selalu menjelaskan kebusukan elit ini, agar semakin kokoh kepentingan rakyat membangun kekuatannya sendiri menuju pembangunan kekuasaan rakyat sendiri.
Korlap menyambut orasi Kawan Suleman dari KP-PPBI dengan menegaskan bahwa watak dari rejim paska 1998, termasuk rejim SBY-Budiono, pada dasarnya sama-sama tidak menjalankan kepentingan rakyat. Sehingga tidak juga rakyat Indonesia bisa menikmati segala sumber alam Indonesia yang berlimpah.
Orasi politik selanjutnya adalah dari Federasi Serikat Pekerja Otomotif Indonesia (FSPOI) yang diwakili Kawan Suryadi. Walau pengeras suara hanya dengan megaphone kecil, SPOI menyatakan dengan jelas tentang persoalan kaum buruh dan rakyat Indonesia berkaitan dengan rejim penguasa. Sejak Soeharto digulingkan dan berganti rejim, selalu saja perubahan kepemimpinan pemerintahan ini terbukti tidak merubah kehidupan rakyat menjadi lebih baik. Persoalan kaum buruh tidak berkurang, malah makin berkembang dan beragam bentuk. SBY-BD yang mendapatkan suara rakyat untuk berkuasa pun tidak lebih hanya melanjutkan kesengsaraan bagi buruh dan rakyat. Di bawah rejim SBY-Budiono, seakan di Indonesia berjalan terus perbudakan yang mengorbankan mayoritas rakyat. Massa aksi menyambut antusias segala gugatan SPOI ini.
30 menit aksi berjalan, panas matahari tidak mengurangi semangat. Sebagian kawan datang lagi, massa aksi berjumlah 90-an. Beberapa kawan berada di pinggir jalan untuk membagi selebaran ABM yang berisi penjelasan capaian penting gerakan 98, sekaligus dengan tugas-tugas yang harus dilanjutkan oleh kaum gerakan dan rakyat, termasuk mengalahkan elit borjuasi yang selalu khianat.
Korlap aksi terus menajamkan isi orasi yang telah disampaikan, diikuti dengan yel-yel dan lagu yang menyemangati barisan aksi. Setelah orasi dari SPOI, Korlap dengan lantang menegaskan bahwa bagi rakyat tidak bisa membicarakan kemerdekaan sebagaimana seharusnya, karena pada kenyataannya belenggu ekonomi-politik masih besar. Dicontohkan pendidikan, dalam sistem kapitalis yang masih dijalankan pemerintah Indonesia sekarang sehingga sistem pendidikan juga kapitalistik, maka ukuran utama dunia pendidikan tetaplah keuntungan ekonomi bagi penyelenggara pendidikan tersebut. Akibatnya rakyat yang tidak sanggup membayar tidak akan mendapatkan pendidikan yang cukup.
Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN) selanjutnya dipanggil dan memberikan orasi. Kawan Mutiara Ika dari PEMBEBASAN memulai dengan penyegaran aksi melalui atraksi bersama massa aksi untuk menyerukan penggulingan SBY-Budiono. Setiap diserukan SBY-Budiono, massa aksi yang telah diminta berjongkok menyambut dengan serukan GU-LING-KAN sambil berdiri, secara berurutan dari barisan belakang, hingga membentuk gelombang massa. Baru kemudian orasi disampaikan oleh PEMBEBASAN, yang memulai dengan tekanan bahwa sudah seharusnya menjadi kesimpulan bersama kaum gerakan dan rakyat untuk tidak menyandarkan kepentingan kepada rejim kapitalis yang berkuasa. Gerakan reformasi 98 memberi pelajaran tentang bagaimana semua sektor rakyat akhirnya sanggup bersatu dan menggulingkan kediktatoran Soeharto, namun kemudian kekuasaan diambil oleh para kaum oportunis. Tidak bisa diharapkan perubahan dari kaum oportunis ini, karena sepenuhnya mereka bukanlah bagian pendorong reformasi 1998. Pengorbanan dalam perjuangan banyak terjadi dari harta hingga nyawa, dan semuanya dari barisan rakyat dan bukan dari kalangan elit borjuasi yang kini berebut kekuasaan.
PEMBEBASAN juga menguatkan penjelasan tentang sistem pendidikan kapitalistik yang sekaran dijalankan, sebagai persoalan besar rakyat. Bukan hanya akses dan kualitas pendidikan yang tidak diarahkan untuk memajukan masyarakat, namun kebijakan privatisasi pendidikan juga terapkan berbarengan dengan penyempitan ruang politik di kampus. Penyempitan kebebasan mahasiswa di kampus, yang kadang berkamulfase sebagai penertiban jam malam di kampus, adalah juga bentuk lanjutan dari de-ideologisasi mahasiswa yang sebelumnya dijalankan Orde Baru. Untuk itulah maka perjuangan politik kaum gerakan dan rakyat mendesak untuk makin diarahkan pada penggulingan rejim kapitalis, untuk merubah seluruh tatanan. Arah politik penggulingan ini bukan tanpa kekuatan, karena sekarang rakyat sebenarnya sudah melawan di mana-mana, mempersoalkan praktek penindasan negara. PEMBEBASAN menyatakan bahwa aksi-aksi perlawanan rakyat tersebut adalah kekuatan, yang terus harus dimajukan dan dikokohkan dalam suatu alat perjuangan bersama berupa persatuan nasional multi-sektor. Bukan hanya untuk menyerang dan menggulingkan, wujud persatuan kekuatan rakyat tersebut adalah bentuk nyata dari upaya membangun kekuasaan rakyat, sebagai embrio pemerintahan rakyat. Kekuatan rakyat dengan kepemimpinan rakyat sendiri yang terus didewasakan oleh perjuangan menuju pemerintahan rakyat. Pada akhir orasi politiknya, PEMBEBASAN menyerukan program politik utama kaum gerakan dan rakyat, yaitu Bangun Pemerintahan Persatuan Rakyat Miskin.
Kemudian dipimpin Korlap, aksi mimbar bebas ABM di Bundaran Air Mancur HI ini menyanyikan bersama Mars ABM, yang memuat sikap tegas ABM dalam membangun persatuan untuk pemerintahan buruh dan rakyat.
Orasi politik dilanjutkan oleh Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), jelas dan lantang oleh PBHI dinyatakan bahwa peringatan dalam aksi ini bukan hanya peringatan tanggal penjatuhan Soeharto. Tapi juga menjadi ingatan bersama tentang siapa dan bagaimana kekuasaan Orde Baru yang dipimpin Soeharto sejak tahun 1965. Peringatan atas kekuasaan Orde Baru yang dimulai dengan pembantaian jutaan rakyat, penggulingan kekuasaan Soekarno, dan dilanjutkan dengan sistem kapitalis yang juga terus mengorbankan rakyat hingga tahun 1998.
Kesimpulan bersama dalam perjuangan diingatkan lagi oleh PBHI, bahwa tidak ada jalan lain bagi gerakan dan rakyat, bahwa harus: Bersatu! Bersatu! Persatuan rakyat adalah kekuatan paling besar yang menentukan. Seperti juga tahun 1998, kekuatan persatuan rakyat mengalahkan Orde Baru. Rakyat bersatu adalah juga kekuatan yang sanggup menggulingkan tirani pasar yang sekarang berkuasa.
Hampir satu jam aksi berjalan, semangat massa terus terjaga, para orator juga menyampaikan banyak hal penting sebagai kekuatan politik gerakan. Masyarakat pengguna jalan di Bundaran HI menerima selebaran ABM yang dibagikan oleh 5 kawan di beberapa titik jalan.
Orasi selanjutnya dilakukan oleh Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), diwakili Kawan Sherlin. SMI membuka dengan salam perjuangan, lalu tajam mengupas pergantian kekuasaan setelah 1998. Pergantian kekuasaan setelah reformasi hingga sekarang, adalah pergantian kekuasaan diantara borjuasi, sama-sama rejim berjuasi yang mengabdi pada kepentingan modal asing. Rejim berjuasi ini tidak berbeda dalam menjalankan pemerintahan, sehingga pendidikan tetap mahal, upah buruh tetap murah, dan beragam persoalan rakyat lainnya. Bukan hanya dalam hal kesejahteraan, politik sama yang dijalankan oleh rejim borjuis adalah berkaitan dengan demokrasi. Selalu represi terhadap gerakan rakyat menjadi bentuk pemaksaan yang terus dipraktekkan. Seperti pada 18 Mei 2010, aksi SMI direpresi polisi.
Persoalan rakyat yang beragam dinyatakan oleh SMI, tidak lain bersumber pada sistem kapitalisme yang dijalankan oleh borjuasi Indonesia bersama imperialisme dunia. Maka rakyat berkepentingan menyatukan kekuatan melawan kapitalisme dan imperialisme. Perjuangan yang dijalankan oleh buruh, mahasiswa dan sektor lain, di semua tempat, adalah perjuangan yang berhadapan dengan musuh sama. Maka perjuangan-perjuangan ini harus disatukan dan dikuatkan. Persatuan perjuangan yang dibangun dan diwujudkan inilah kekuatan utama untuk menghancurkan kapitalisme dan imperialisme. Persatuan perjuangan ini pula kekuatan untuk menang dan berkuasa.
Massa aksi menyambut semangat perjuangan dengan menyanyikan lagu Buruh-Tani-Mahasiswa-Kaum Miskin Kota.
KPOP selanjutnya tampil memberikan orasi, diwakili Kawan Salam perjuangan dinyatakan KPOP untuk kemudian menegaskan pentingnya ABM dan kaum gerakan selalu bersemangat untuk kepentingan perjuangan. Semangat harus dikembangkan terus untuk melawan dan menghancurkan rejim anti rakyat. Apapun hambatan, dengan semangat berkobar akan bisa diatasi dan gerakan terus maju. Kaum gerakan yang mencita-citakan revolusi tidak boleh diam dan sebatas menunggu, sebaliknya tugas kaum gerakan adalah menjemput revolusi tersebut.
Korlap selalu mengajak tepuk tangan peserta aksi untuk setiap orasi yang diberikan, juga untuk massa aksi sendiri yang tetap bersemangat menjalankan aksi. Sebelum orasi selanjutnya, Korlap juga menegaskan tentang kemiskinan rakyat di tengah kekayaan alam Indonesia adalah karena perampokan oleh kapitalis asing dan kapitalis dalam negeri. Ditajamkan pula kepentingan untuk bersatu, yang langsung diarahkan pada penggulingan rejim kapitalis Indonesia. Represi yang dihadapi dalam perjuangan, seperti yang dialami pada aksi SMI barusan, tidak boleh membuat kaum gerakan takut. Ketika bendera perlawanan telah dikibarkan, pantang mundur bagi ABM dan kaum gerakan untuk mundur, sebelum berhasil dan menang.
Pukul 15.04 WIB. Orasi dilanjutkan oleh Federasi Perjuangan Buruh Jabotabek (FPBJ), diwakili oleh Kawan Helmi. Dinyatakan oleh FPBJ, bahwa aksi ABM kali ini memperingati penggulingan kediktatoran Orde Baru, di mana keberhasilan penggulingan tersebut merupakan kerja besar dari perjuangan rakyat yang membanggakan, tapi belum cukup dan harus dilanjutkan. Pengkhianatan elit borjuasi hingga rejim SBY-Budiono yang berkuasa sekarang, menghasilkan situasi kemiskinan dan penderitaan di kalangan buruh, tani, dan rakyat lainnya. FPBJ meyakinkan bahwa pelajaran dari penggulingan kediktatoran Soeharto bagi tugas selanjutnya, terutama adalah persatuan gerakan rakyat itu sendiri yang ditujukan bagi penggulingan rejim borjuasi. Buruh harus bersatu dan merebut kekuasaan dari tangan kapitalis untuk mengatasi semua persoalan.
Ditegaskan kembali oleh FPBJ bahwa karena kepentingan besar yang diperjuangan, maka perjuangan itu sendiri akan mendapatkan tantangan berat. Represi apapun bentuknya harus dihadapi dan dilawan. Komitmen memajukan dan mempertahankan perjuangan ini penting dan harus kita nyatakan. Lebih penting lagi adalah komitmen seperti yang dilakukan pada aksi ABM ini, yaitu komitmen untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera, komitmen untuk sosialisme!
Maju di depan untuk orasi berikutnya adalah Kawan Basuki, perwakilan dari Serikat Buruh Perjuangan Transportasi Indonesia (SBTPI). Suara keras SBTPI memperjelas pentingnya aksi peringatan penumbangan Soeharto kali ini. Hal pertama adalah bahwa sistem kekuasaan masih sama sebagai pemerintahan kapitalis. Sehingga jelas rakyat terus dikorbankan. Rejim yang berkuasa setelah 1998 masih saja antek kapitalis atau kaum pemodal, baik pemodal asing maupun pemodal nasional. Hal kedua adalah bahwa perjuangan penumbangan Soeharto 1998 dijalankan dengan banyak pengorbanan rakyat. Menuju reformasi 12 tahun lalu, para aktivis gerakan selalu mendapatkan represi, bahkan pembunuhan. Malah masih ada aktivis gerakan yang diculik dan tidak ada kejelasan nasib sampai sekarang. Kita semua berhutang pada semua pengorbanan tersebut, sekaligus menyadari bahwa pemerintahan yang ada bukanlah kekuasaan yang berkepentingan membongkar segala penindasan Soeharto dan Orde Baru. Hal ketiga adalah bahwa dari beragam persoalan yang belum dituntaskan pada perjuangan 1998, tidaklah membuat penumbangan Soeharto 12 tahun lalu menjadi sia-sia. Sebaliknya, capaian 1998 adalah awal yang melapangkan perjuangan selanjutnya, dan itulah tugas kaum gerakan dan rakyat sekarang dan di waktu depan. Bagian dari perjuangan tersebut adalah membangun persatuan gerakan yang progresif dan mandiri. Termasuk ABM di dalamnya, yang berkepentingan membangun persatuan buruh menuju Konfederasi baru, yang akan menjadi alat perjuangan buruh yang jauh lebih maju dari konfederasi-konfederasi buruh yang ada sekarang.
Aksi terus berlanjut. Setelah lama berdiam dalam barisan, kemudian Korlap merapikan barisan dan memimpin barisan aksi berjalan mengelilingi Bundaran HI. Bendera ABM dan bendera organisasi-organisasi berkibar di tengah cuaca terik Jakarta, mars ABM dan lagu-lagu perjuangan dikumandangkan. Satu putaran berkeliling, kembali barisan aksi menempati lokasi semula. Korlap sampaikan aksi akan berakhir setelah orasi terakhir disampaikan.
Perempuan Mahardhika maju untuk menyampaikan orasi terakhir, diwakili Kawan Sarina. Mahardhika lantang menyampaikan salam perjuangan, kemudian menegaskan bahwa pada aksi ini merupakan peringatan atas babak baru bagi Indonesia, yang biasa disebut sebagai masa reformasi. Kaum gerakan dan rakyat selayaknya mengingat dan sampaikan terima kasih untuk kekuatan gerakan 1998, sehingga pada waktu selanjutnya didapat kemajuan-kemajuan politik yang bisa dimanfaatkan oleh kaum gerakan dan rakyat. Gerakan 98 telah memberi ruang politik yang penting dan terus bisa dinikmati hingga sekarang, sekalipun para penguasa terus berusaha menyempitkannya lagi. Orde Baru yang digulingkan adalah kekuasaan yang beralaskan pada pembantaian rakyat dan pemberangusan politik rakyat. Dan kaum perempuan adalah korban yang mendapatkan serangan berlipat. Perempuan oleh Orde Baru dikurung dalam kerja domestik, dibuat stereotype negatif bagi perempuan yang melawan, dihancurkan kekuatan dan organisasi perempuan, dan panjang lagi.
Setelah 12 tahun reformasi dan Orde Baru ditumbangkan, kaum perempuan belum juga mendapatkan kesetaraan. Korban terbesar dari mahalnya pendidikan adalah kaum perempuan. Buruh perempuan masih mendapat diskriminasi upah dan kesempatan maju, bahkan sering menjadi korban pelecehan. Ditekankan oleh Mahardhika bahwa masih banyak persoalan bagi perempuan dan seluruh rakyat, tidak lain karena kekuasaan negara masih dipegang oleh borjuasi. Kaum gerakan yang berjuang dan berkorban untuk menumbangkan Soeharto, tapi kekuasaan diambil oleh elit oportunis dan kemudian dikhianati dengan tidak menjalankan segala tuntutan reformasi 1998. Setelah tiga kali pemilu, rejim kapitalis kembali yang berkuasa, dan terus berjalan perampokan semua hak rakyat, demi keuntungan kapitalis asing dan kapitalis dalam negeri.
Untuk perjuangan sekarang dan ke depan, Mahardhika menyerukan agar demokrasi selalu dituntut dan dimenangkan hingga tercapai demokrasi yang sejati. Demokrasi yang memberi hak kepada rakyat dan sekaligus menjamin kesetaraan bagi semua perempuan, baik perempuan buruh, kaum miskin kota dan semua sektor. Oleh karenanya perjuangan demokrasi penting untuk selalu melibatkan kaum perempuan dan mengusung program pembebasan perempuan, karena tanpa perjuangan kesetaraan tidak bisa dicapai demokrasi sejati tersebut. Apalagi sekarang ketika terus muncul hambatan bagi perempuan, seperti perda-perda yang mengatur dan melarang perempuan. Menjadi kepentingan bersama kaum gerakan untuk membangun gerakan demokratik dan feminis, untuk menyatukan kekuatan dalam persatuan demokratis dan feminis. Persatuan inilah kekuatan untuk melanjutkan gerakan reformasi 1998 menjadi revolusi yang merubah tatanan masyarakat di waktu ke depan. Di akhir orasinya Mahardhika mengingatkan agar persatuan dibangun dengan sama-sama rendah hati dan tidak ada arogansi, dengan saling menghargai kebebasan propaganda bagi kemajuan gerakan, dengan semua karakter demokratis yang kuat.
Sebagai akhir aksi, Korlap memimpin massa aksi menyanyikan Internasionale, dengan tangan kiri teracung-terkepal.
15.35 Aksi ABM selesai.
Kronolog: Kawan Admo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar