PEREMPUAN KELUAR RUMAH! BANGUN ORGANISASI dan GERAKAN PEREMPUAN LAWAN PATRIARKI dan KAPITALISME untuk KESETARAAN dan KESEJAHTERAAN

13 Juni 2011

Demokrasi terancam; Mari meluaskan kampanye penolakan dan gagalkan RUU Intelijen !


PEMBEBASANews
12 Juni 2011 | 17:00 WIB
Rakyat Bergerak

Bundaran HI, Jakarta Pusat
Sekitar pukul 19:00 WIB, 70an lebih massa terlihat berkumpul di depan Hotel Indonesia. Massa tersebut mempersiapkan diri dengan mengatur barisannya. Dengan dipimpin oleh Muhammad Nasir Jamlean selaku Korlap aksi, massa berjalan dengan membawa obor, spanduk dan poster yang bertuliskan tentang penolakan terhadap RUU Intelijen yang rencananya akan disahkan pada bulan Juli tahun ini oleh DPR.

Setelah sampai di Bundaran HI, puluhan massa tersebut melakukan pembukaan aksi dengan mengelilingi Bundaran HI untuk kemudian mementaskan teatrikal yang bertema RUU Intelijen=Matinya Demokrasi.
Aksi yang diorganisir oleh PEMBEBASAN Jabodetabek-Bandung tersebut melibatkan pula organisasi gerakan demokratik lain yang memiliki analisa sama tentang bahayanya RUU Intelijen. Beberapa organisasinya adalah: Perempuan Mahardhika, Federasi Forum Buruh Lintas Pabrik (FBLP-PPBI), Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB-PPBI), Komite Politik Rakyat Miskin (KPRM-PRD), PPRM, SBTPI dan AMP.
Dalam orasi politiknya, para aktivis tersebut menegaskan bahwa: RUU Intelijen merupakan senjata bagi intel untuk bisa lebih bergerak bebas. Bahkan dalam isian RUUnya, pemberian keleluasaan terhadap petugas intel yang dijamin dalam RUU sangat berpotensi melanggar prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, misalnya pasal tentang Penyadapan, penangkapan tanpa surat dan tidak boleh didampingi oleh pengacara, penangkapan minimal 7X24 jam, dll dll.

Belum lagi tentang pasal yang mengatur bahwa pengambilan orang/beberapa orang yang dicurigai "mengganggu keamanan nasional" bisa tidak diketahui orang lain, bahkan pihak keluargapun tidak akan diberitahu, hal itu sama saja melegalkan penculikan, syarat dengan pelanggaran HAM.
Bahasa/istilah yang abstrak dalam RUU Intelijen, aktifitas mematai-matai warga negaranya (Penyadapan), pelegalan penculikan, dll membuat demokrasi yang selama ini telah susah-payah diperjuangkan oleh rakyat pada tahun 1998 (dan sedang mengalami kesulitan untuk maju), kini malah ditekan dan dihambat kemajuannya oleh rezim SBY-Boediono. Lalu bagaiman sikap para elite politik dan partai-partai politik? Sama sekali tidak memiliki niat kuat untuk menolaknya, karena RUU tersebut bisa saja menguntungkan mereka ketika berkuasa.

Setelah berorasi, meneriakkan yel-yel, aksi ditutup dengan menyanyikan beberapa lagu. Sekitar pukul 21:00 WIB massa aksi membubarkan diri untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan menaiki bis menuju posko kawan-kawan GESBURI di kantor Komnas HAM yang sedang menginap untuk memperjuangkan hak-hak buruh (anggota GESBURI) yang sedang di-PHK oleh pengusaha. Ini adalah bentuk dari solidaritas kita kepada sesama gerakan rakyat yang sedang berjuang dan menuntut hak normatifnya.

Maka, persatuan gerakan demokratik-lah satu-satunya kekuatan untuk bisa menggagalkan RUU yang anti demokrasi tersebut, seperti yang diungkapkan oleh salah satu orator dalam aksi di malam hari tersebut. Aksi yang sehari sebelumnya mendapatkan intimidasi dari Polda Metro Jaya berupa teguran keras pelarangan pelaksanaan aksi, tapi tetap digelar aksi OBOR tersebut demi perjuangan demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Apa kaitannya RUU Intelijen dengan kesejahteraan rakyat? Jelas terkait. Jika selama ini, tanpa adanya RUU Intelijen saja perjuangan rakyat/protes-protes rakyat dalam memperjuangkan hak-hak ekonominya selalu mendapatkan represi dari aparat kepolisian, tentara dan preman bayaran pengusaha. Dan bisa saja jika ada demonstrasi besar-besaran hingga memacetkan produksi atau jalanan, maka hal tersebut bisa saja dengan seenaknya dimasukkan dalam situasi "mengancam keamanan nasional" seperti yang ada dalam RUU Intelijen. Karena status tersebut, maka gerakan rakyat dan orang-orangnya akan SAH secara hukum untuk diculik, dipenjara minimal 7X24 jam tanpa didampingi pengacara, dll. Itulah mengapa, lintas organisasi yang turut mendukung aksi OBOR PEMBEBASAN Menolak RUU Intelijen juga diikuti oleh organisasi buruh, pekerja budaya dan mahasiswa. Kunci utamanya adalah persatuan dan solidaritas antar rakyat dan gerakannya.

Demokrasi terancam; Mari meluaskan kampanye penolakan dan gagalkan RUU Intelijen ! (bp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar