HENTIKAN PEMBANTAIAN RAKYAT PALESTINA;
LAWAN ZIONISME DAN POLITIK APARTHEID ISRAEL;
KEADILAN DAN KEMERDEKAAN UNTUK PALESTINA SEKARANG!
LAWAN ZIONISME DAN POLITIK APARTHEID ISRAEL;
KEADILAN DAN KEMERDEKAAN UNTUK PALESTINA SEKARANG!
Serangan Israel terhadap konvoi 6 kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza, Freedom Flotilla, di perairan internasional, telah menewaskan dan melukai orang-orang sipil dari berbagai negara. Di salah satu kapal, Mavi Marmara, yang berpenumpang 600 orang sipil, tentara Israel yang turun dari helikopter di tengah malam buta menyerang membabi buta para penumpang, bahkan dengan peluru tajam. Sementara, tentu saja, para penumpang, walau tanpa persiapan, terpaksa melawan dengan apa adanya.
Freedom Flotilla adalah sebuah misi yang diorganisasikan oleh suatu koalisi dari organisasi-organisasi dari 50 negara yang hendak membantu membuka blokade Israel terhadap jalur Gaza sejak tahun 2007. Misi tersebut kali ini mengirimkan 700 aktivis sipil dari 50 negara dengan lebih dari 10.000 ton bantuan obat-obatan, makanan, perlengkapan kedokteran, perlengkapan rekonstruksi bangunan, serta berbagai material lain yang tak lagi diperoleh warga Gaza. Bahkan air bersih dan listrikpun tak lagi dimiliki warga Gaza sejak setahun belakangan ini akibat blokade tersebut.
Freedom Flotilla adalah sebuah misi yang diorganisasikan oleh suatu koalisi dari organisasi-organisasi dari 50 negara yang hendak membantu membuka blokade Israel terhadap jalur Gaza sejak tahun 2007. Misi tersebut kali ini mengirimkan 700 aktivis sipil dari 50 negara dengan lebih dari 10.000 ton bantuan obat-obatan, makanan, perlengkapan kedokteran, perlengkapan rekonstruksi bangunan, serta berbagai material lain yang tak lagi diperoleh warga Gaza. Bahkan air bersih dan listrikpun tak lagi dimiliki warga Gaza sejak setahun belakangan ini akibat blokade tersebut.
Bagaimana mungkin serangan terhadap Flotilla tidak disebut tindakan yang sangat brutal, tak berperikemanusiaan, dan sudah sedemikian jauh menginjak-injak hukum internasional dan hak-hak azasi manusia? Sudah tepatlah jika seluruh rakyat dunia mengutuk tindakan tersebut, dan, melakukan solidaritas hingga Gaza dibebaskan dan Palestina dapat berdiri menjadi negara merdeka.
Sepuluh ribu rakyat Turki segera turun ke jalan sesaat setelah serangan Flotilla; 1000 rakyat Inggris menyerukan “kemerdekaan Palestina” dan kejahatan Israel sebagai kejahatan perang; 1200 rakyat Paris turun ke jalan melawan blokade polisi dan menyerukan rakyat Palestina harus selamat; 3500 rakyat Yunani tersebar di dua kota melakukan solidaritas dan melawan gas air mata yang ditembakkan polisi Yunani; ribuan pengungsi Palestina dan rakyat Lebanon mengibarkan bendera Palestina dan menyerukan: “Mana hak azasi manusia? Mana komunitas internasional?”; di Beirut ratusan orang menyerukan penutupan Kedutaan Besar Israel; di Libya 3000 orang mengutuk Israel dan Amerika Serikat sebagai sekutu tradisionalnya; di Aman dan Arab Saudi ribuan orang juga turun ke jalan; di Iran protes rakyat membakar bendera Israel dan foto Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton; di Pakistan, pengacara dan wartawan melakukan protes; 6000 orang melakukan long march di Stockholm; dan ribuan lainnya melakukan hal yang sama di Belgia, Kopenhagen dan The Hague; bahkan, terjadi protes ratusan orang di Israel sendiri hingga menyebabkan tentara meningkatkan pengamanan dan menyatakan negara dalam situasi darurat.
Deputi Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon, menyatakan bahwa tindakan militer Israel sebagai “pertahanan diri” karena “ditemukan setidaknya dua senjata”, dan ia juga menyatakan bahwa para organisator Flotilla “sangat terkenal dan memiliki kaitan dengan organisasi-organisasi teroris internasional”. Entah bagaimana penjelasan itu bisa diterima, sementara publik dapat menyaksikan di siaran televisi bahwa tentara Israel yang turun dari Helikopter membawa senjata lengkap serta merta melakukan serangan. Tentu saja hak “pertahanan diri” ada pada para penumpang, itupun tak serta merta digunakan penumpang karena mereka berusaha meyakinkan bahwa kapal tersebut berpenumpang sipil dan dalam misi kemanusiaan. Tindakan serangan ini sendiri adalah sebuah tindakan terencana karena sebelumnya Israel sudah mengancam hendak menyerang Flotilla dengan kekerasan.
Pembantaian Freedom Flotilla menambah rentetan bukti kejahatan Israel, yang berakar dari Zionisme, penjajahan, dan politik Apartheid. Sebelumnya, pembantaian terhadap 1400 rakyat sipil Gaza pada Desember 2008 dan Januari 2009 adalah kejahatan kasat mata yang telah mendorong komunitas internasional melakukan kampanye BDS, Boycott, Divestment and Sanctions (Boikot, Sanksi dan Pelepasan Hak). Namun, kampanye tersebut, dan kampanye lainnya, belum sanggup memaksa pemerintah-pemerintah dunia untuk mengukum dan menyeret pemerintah Israel ke pengadilan Internasional. Amerika Serikat, pelindung dan sekutu jahat terdekatnya, berdiri paling depan membela penjahat perang dan hak azasi manusia ini.
Dengan dukungan Inggris dan Amerika, pimpinan-pimpinan politik Israel telah melakukan penjajahan terhadap Palestina sejak tahun 1948, dan memaksa mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Inilah wujud Zionisme yang menjadi sumber bencana yang mengadu domba antar rakyat biasa (rakyat Palestina dan rakyat Israel). Pemerintah Israel mendorong perluasan pemukiman orang Israel ke wilayah-wilayah otoritas Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Bakan kini dinding tebal dari baja dibangun mengelilingi Gaza; memblokade rakyat Palestina dari akses air bersih, makanan, obat-obatan, apalagi pendidikan. Puluhan ribu rakyat Gaza dipaksa menderita, dimiskinkan dan dibantai secara perlahan oleh pemerintah Israel. Inilah politik Apartehid sebagai wujud dari rasisme dan genosida terhadap bangsa Palestina; serupa seperti yang dilakukan Hitler terhadap bangsa Yahudi sebelumnya—dan kini para Zionis-Yahudi melakukan perbuatan serupa terhadap bangsa Palestina. Tentu tak semua bangsa Yahudi setuju Zionisme, karena yang tidak setuju Zionisme malakukan perlawanan di dalam negeri Israel sendiri atau bergabung dalam komunitas solidaritas Palestina di berbagai negara.
Amerika Serikat dan Inggris adalah anjing penjaga kepentingan Zionis-Israel di internasional, sementara Israel adalah anjing penjaga modal kapitalis AS dan Inggris di dataran Arab, dan PBB sebagai pion yang digerakkan oleh raja dan ratu Amerika dan Inggris tak berkutik secara politik dalam kasus ini. Sebuah persekutuan jahat, yang demi kelangsungannya, menyebar politik “perang terhadap teror” yang menyebarkan kebencian terhadap Arab; kecurigaan terhadap Islam (Islamophobia). “Perang Teror” ini semakin menyulitkan perluasan solidaritas terhadap kemerdekaan Palestina, karena dengan semena-mena pemerintah Israel dan pemerintah pro Israel lainnya menyatakan bahwa karena rakyat Palestina melakukan teror lah maka mereka membangun dinding dan melakukan serangan. Perlawanan bersenjata yang dilakukan rakyat Palestina adalah dampak dari penjajahan, Zionisme, dan Apartheid Israel, bukan penyebab. Padahal tindakan teror Israel, baik dengan senjata maupun dengan perluasan pemukiman—yang membuat wilayah Palestina semakin kecil—terus terjadi tanpa mendapat predikat terorisme politik “Perang Teror” Amerika Serikat dan sekutunya.
CUKUP LAH SUDAH BUKTI; CUKUP LAH SUDAH PEMBANTAIAN RAKYAT PALESTINA; ZIONISME DAN APARTHEID ISRAEL HARUS DILAWAN; PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DAN INGGRIS HARUS DIHENTIKAN.
Sementara di negara kita, apakah pengutukan dan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina yang dilakukan pemerintah SBY-Budiono dan DPR menjukkan bukti mereka pro Palestina? Tidak. Mereka melakukannya hanya untuk menjilat masyarakat muslim. Karena pemerintah dan seluruh partai-partai sisa orde baru dan reformis gadungan di DPR semuanya pro Amerika Serikat. Bagaimana mungkin mendukung kemerdekaan Palestina sambil pro terhadap kebijakan Amerika Serikat? Itu adalah standar ganda dan sebuah sikap oportunis terhadap hak-hak azasi manusia rakyat Palestina. Tindakan semacam itu juga terjadi di banyak negara Arab. Negara dan pemerintah kapitalis di dunia ini TIDAK SATUPUN yang berkepentingan melawan pemeritah Israel, Amerika Serikat, dan Inggris.
Bagi pemerintah-pemerintah tersebut: kepentingan modal adalah nomer satu di atas hak-hak azasi manusia manapun. Sehigga mereka akan tutup mata pada Zionisme, kediktatoran, Apartheid, genosida, dan sebagainya. Kecuali rakyat telah bergerak menuntut, dan kepentingan modal mereka terancam, barulah mereka terpaksa melakukan tindakan. Mereka tidak akan melakukan tindakan apapun demi kemanusiaan, tapi mereka akan melakukan sesuatu demi kepentingan modal. Merekalah para pemilik modal (kapitalis) dunia.
Hanya dua negara yang paling konsisten, paling berani dan paling kongkrit membela kemerdekaan Palestina di berbagai forum dunia. Mereka adalah Kuba dan Venezuela. Mulai dari mengirimkan dokter, bantuan obat-obatan, dana hingga walk out di sidang-sidang PBB dan pidato pemerintah AS yang anti Palestina. Tak satupun negara Arab, yang Islam, sanggup melakukan tindakan seberani itu. Tidak ada satupun negara-negara Arab, yang Islam, (kecuali Iran) sanggup mengatakan TIDAK pada kapitalisme Amerika Serikat. Selama negara-negara Arab dan negara-negara mayoritas muslim setia pada kapitalisme, maka selama itu pula Palestina tak bisa merdeka.
Itulah sebabnya solidaritas terhadap Palestina harus diletakkan dalam kerangka perjuangan melawan kapitalisme internasional. Oleh sebab itu kita hendak menggantikan pemerintah pro kapitalisme di negeri masing-masing. Agar sebuah tata kehidupan internasional baru dapat diciptakan, dan semua penjajahan di muka bumi dapat dihapuskan.
Inilah kampanye & solidaritas yang dapat kita lakukan bersama rakyat miskin sedunia terhadap kemerdekaan Palestina dan perlawanan terhadap para pemilik modal dunia:
1. Melakukan kampanye Boikot dan Sanksi terhadap Israel dalam berbagai bentuk;
2. Membangun lebih banyak lagi komite-komite solidaritas Palestina;
3. Membangun gerakan melawan berbagai kebijakan pro kapitalisme dan pro pemerintah Amerika Serikat-Inggris di dalam negeri;
4. Membangun gerakan solidaritas terhadap negeri-negeri yang berhasil melawan kapitalisme dan mendukung kemerdekaan Palestina, seperti Kuba dan Venezuela;
5. Membangun gerakan melawan para agen kapitalisme di dalam negeri: pemerintah SBY-Budiono, partai-partai Sisa Orde Baru dan Reformis Gadungan di DPR.
6. Berpartisipasi dalam perlawanan internasional untuk pembebasan Palestina, penghentian perang teror di Irak dan Afganistan, dan blokade ekonomi terhadap Kuba.
Benar, bahwa persoalan di dalam negeri kita sendiri masih luar biasa banyak; nasib kaum miskin dan kaum pekerja kita semakin buruk. Namun siapa yang akan membantu kita jika kita tidak lebih dahulu membantu orang lain? Atas dasar kesamaan nasib itulah kita justru bersatu bersama seluruh rakyat miskin di dunia melawan penyebab ketertindasan dan kemiskinan dunia: kapitalisme. Mayoritas yang sedang melawan di dunia ini: mahasiswa, kaum buruh, perempuan dll, adalah rakyat yang dimiskinkan oleh para pemilik modal internasional. Oleh karena itu kita serukan:
Sepuluh ribu rakyat Turki segera turun ke jalan sesaat setelah serangan Flotilla; 1000 rakyat Inggris menyerukan “kemerdekaan Palestina” dan kejahatan Israel sebagai kejahatan perang; 1200 rakyat Paris turun ke jalan melawan blokade polisi dan menyerukan rakyat Palestina harus selamat; 3500 rakyat Yunani tersebar di dua kota melakukan solidaritas dan melawan gas air mata yang ditembakkan polisi Yunani; ribuan pengungsi Palestina dan rakyat Lebanon mengibarkan bendera Palestina dan menyerukan: “Mana hak azasi manusia? Mana komunitas internasional?”; di Beirut ratusan orang menyerukan penutupan Kedutaan Besar Israel; di Libya 3000 orang mengutuk Israel dan Amerika Serikat sebagai sekutu tradisionalnya; di Aman dan Arab Saudi ribuan orang juga turun ke jalan; di Iran protes rakyat membakar bendera Israel dan foto Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton; di Pakistan, pengacara dan wartawan melakukan protes; 6000 orang melakukan long march di Stockholm; dan ribuan lainnya melakukan hal yang sama di Belgia, Kopenhagen dan The Hague; bahkan, terjadi protes ratusan orang di Israel sendiri hingga menyebabkan tentara meningkatkan pengamanan dan menyatakan negara dalam situasi darurat.
Deputi Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon, menyatakan bahwa tindakan militer Israel sebagai “pertahanan diri” karena “ditemukan setidaknya dua senjata”, dan ia juga menyatakan bahwa para organisator Flotilla “sangat terkenal dan memiliki kaitan dengan organisasi-organisasi teroris internasional”. Entah bagaimana penjelasan itu bisa diterima, sementara publik dapat menyaksikan di siaran televisi bahwa tentara Israel yang turun dari Helikopter membawa senjata lengkap serta merta melakukan serangan. Tentu saja hak “pertahanan diri” ada pada para penumpang, itupun tak serta merta digunakan penumpang karena mereka berusaha meyakinkan bahwa kapal tersebut berpenumpang sipil dan dalam misi kemanusiaan. Tindakan serangan ini sendiri adalah sebuah tindakan terencana karena sebelumnya Israel sudah mengancam hendak menyerang Flotilla dengan kekerasan.
Pembantaian Freedom Flotilla menambah rentetan bukti kejahatan Israel, yang berakar dari Zionisme, penjajahan, dan politik Apartheid. Sebelumnya, pembantaian terhadap 1400 rakyat sipil Gaza pada Desember 2008 dan Januari 2009 adalah kejahatan kasat mata yang telah mendorong komunitas internasional melakukan kampanye BDS, Boycott, Divestment and Sanctions (Boikot, Sanksi dan Pelepasan Hak). Namun, kampanye tersebut, dan kampanye lainnya, belum sanggup memaksa pemerintah-pemerintah dunia untuk mengukum dan menyeret pemerintah Israel ke pengadilan Internasional. Amerika Serikat, pelindung dan sekutu jahat terdekatnya, berdiri paling depan membela penjahat perang dan hak azasi manusia ini.
Dengan dukungan Inggris dan Amerika, pimpinan-pimpinan politik Israel telah melakukan penjajahan terhadap Palestina sejak tahun 1948, dan memaksa mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Inilah wujud Zionisme yang menjadi sumber bencana yang mengadu domba antar rakyat biasa (rakyat Palestina dan rakyat Israel). Pemerintah Israel mendorong perluasan pemukiman orang Israel ke wilayah-wilayah otoritas Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Bakan kini dinding tebal dari baja dibangun mengelilingi Gaza; memblokade rakyat Palestina dari akses air bersih, makanan, obat-obatan, apalagi pendidikan. Puluhan ribu rakyat Gaza dipaksa menderita, dimiskinkan dan dibantai secara perlahan oleh pemerintah Israel. Inilah politik Apartehid sebagai wujud dari rasisme dan genosida terhadap bangsa Palestina; serupa seperti yang dilakukan Hitler terhadap bangsa Yahudi sebelumnya—dan kini para Zionis-Yahudi melakukan perbuatan serupa terhadap bangsa Palestina. Tentu tak semua bangsa Yahudi setuju Zionisme, karena yang tidak setuju Zionisme malakukan perlawanan di dalam negeri Israel sendiri atau bergabung dalam komunitas solidaritas Palestina di berbagai negara.
Amerika Serikat dan Inggris adalah anjing penjaga kepentingan Zionis-Israel di internasional, sementara Israel adalah anjing penjaga modal kapitalis AS dan Inggris di dataran Arab, dan PBB sebagai pion yang digerakkan oleh raja dan ratu Amerika dan Inggris tak berkutik secara politik dalam kasus ini. Sebuah persekutuan jahat, yang demi kelangsungannya, menyebar politik “perang terhadap teror” yang menyebarkan kebencian terhadap Arab; kecurigaan terhadap Islam (Islamophobia). “Perang Teror” ini semakin menyulitkan perluasan solidaritas terhadap kemerdekaan Palestina, karena dengan semena-mena pemerintah Israel dan pemerintah pro Israel lainnya menyatakan bahwa karena rakyat Palestina melakukan teror lah maka mereka membangun dinding dan melakukan serangan. Perlawanan bersenjata yang dilakukan rakyat Palestina adalah dampak dari penjajahan, Zionisme, dan Apartheid Israel, bukan penyebab. Padahal tindakan teror Israel, baik dengan senjata maupun dengan perluasan pemukiman—yang membuat wilayah Palestina semakin kecil—terus terjadi tanpa mendapat predikat terorisme politik “Perang Teror” Amerika Serikat dan sekutunya.
CUKUP LAH SUDAH BUKTI; CUKUP LAH SUDAH PEMBANTAIAN RAKYAT PALESTINA; ZIONISME DAN APARTHEID ISRAEL HARUS DILAWAN; PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DAN INGGRIS HARUS DIHENTIKAN.
Sementara di negara kita, apakah pengutukan dan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina yang dilakukan pemerintah SBY-Budiono dan DPR menjukkan bukti mereka pro Palestina? Tidak. Mereka melakukannya hanya untuk menjilat masyarakat muslim. Karena pemerintah dan seluruh partai-partai sisa orde baru dan reformis gadungan di DPR semuanya pro Amerika Serikat. Bagaimana mungkin mendukung kemerdekaan Palestina sambil pro terhadap kebijakan Amerika Serikat? Itu adalah standar ganda dan sebuah sikap oportunis terhadap hak-hak azasi manusia rakyat Palestina. Tindakan semacam itu juga terjadi di banyak negara Arab. Negara dan pemerintah kapitalis di dunia ini TIDAK SATUPUN yang berkepentingan melawan pemeritah Israel, Amerika Serikat, dan Inggris.
Bagi pemerintah-pemerintah tersebut: kepentingan modal adalah nomer satu di atas hak-hak azasi manusia manapun. Sehigga mereka akan tutup mata pada Zionisme, kediktatoran, Apartheid, genosida, dan sebagainya. Kecuali rakyat telah bergerak menuntut, dan kepentingan modal mereka terancam, barulah mereka terpaksa melakukan tindakan. Mereka tidak akan melakukan tindakan apapun demi kemanusiaan, tapi mereka akan melakukan sesuatu demi kepentingan modal. Merekalah para pemilik modal (kapitalis) dunia.
Hanya dua negara yang paling konsisten, paling berani dan paling kongkrit membela kemerdekaan Palestina di berbagai forum dunia. Mereka adalah Kuba dan Venezuela. Mulai dari mengirimkan dokter, bantuan obat-obatan, dana hingga walk out di sidang-sidang PBB dan pidato pemerintah AS yang anti Palestina. Tak satupun negara Arab, yang Islam, sanggup melakukan tindakan seberani itu. Tidak ada satupun negara-negara Arab, yang Islam, (kecuali Iran) sanggup mengatakan TIDAK pada kapitalisme Amerika Serikat. Selama negara-negara Arab dan negara-negara mayoritas muslim setia pada kapitalisme, maka selama itu pula Palestina tak bisa merdeka.
Itulah sebabnya solidaritas terhadap Palestina harus diletakkan dalam kerangka perjuangan melawan kapitalisme internasional. Oleh sebab itu kita hendak menggantikan pemerintah pro kapitalisme di negeri masing-masing. Agar sebuah tata kehidupan internasional baru dapat diciptakan, dan semua penjajahan di muka bumi dapat dihapuskan.
Inilah kampanye & solidaritas yang dapat kita lakukan bersama rakyat miskin sedunia terhadap kemerdekaan Palestina dan perlawanan terhadap para pemilik modal dunia:
1. Melakukan kampanye Boikot dan Sanksi terhadap Israel dalam berbagai bentuk;
2. Membangun lebih banyak lagi komite-komite solidaritas Palestina;
3. Membangun gerakan melawan berbagai kebijakan pro kapitalisme dan pro pemerintah Amerika Serikat-Inggris di dalam negeri;
4. Membangun gerakan solidaritas terhadap negeri-negeri yang berhasil melawan kapitalisme dan mendukung kemerdekaan Palestina, seperti Kuba dan Venezuela;
5. Membangun gerakan melawan para agen kapitalisme di dalam negeri: pemerintah SBY-Budiono, partai-partai Sisa Orde Baru dan Reformis Gadungan di DPR.
6. Berpartisipasi dalam perlawanan internasional untuk pembebasan Palestina, penghentian perang teror di Irak dan Afganistan, dan blokade ekonomi terhadap Kuba.
Benar, bahwa persoalan di dalam negeri kita sendiri masih luar biasa banyak; nasib kaum miskin dan kaum pekerja kita semakin buruk. Namun siapa yang akan membantu kita jika kita tidak lebih dahulu membantu orang lain? Atas dasar kesamaan nasib itulah kita justru bersatu bersama seluruh rakyat miskin di dunia melawan penyebab ketertindasan dan kemiskinan dunia: kapitalisme. Mayoritas yang sedang melawan di dunia ini: mahasiswa, kaum buruh, perempuan dll, adalah rakyat yang dimiskinkan oleh para pemilik modal internasional. Oleh karena itu kita serukan:
Rakyat miskin dan kaum buruh sedunia: Bersatulah!
Jakarta, 3 Juni 2010
Komite Politik Rakyat Miskin – Partai Rakyat Demokratik (KPRM-PRD),
Komite Persiapan Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (KP-PPBI),
Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM),
Pusat Pergerakan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN),
Perempuan Mahardhika
Jakarta, 3 Juni 2010
Komite Politik Rakyat Miskin – Partai Rakyat Demokratik (KPRM-PRD),
Komite Persiapan Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia (KP-PPBI),
Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM),
Pusat Pergerakan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN),
Perempuan Mahardhika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar