“menjadi berani, cerdas, progresif dan baik hati. Agar adil dalam pikiran lalu mengubah dunia.YEAAAH” Slogan ini menjadi pembuka Sekolah Feminis untuk Kaum Muda di Makassar, Ternate dan Yogyakarta. Tawa renyah menghiasi serangkaian kegiatan yang berjalan selama tiga hari di masing-masing kota. Keceriaan, harapan, canda, haru dan semangat bergolak menjadi satu dalam benak peserta dan segenap panitia dalam menyambut program yang telah dijalankan selama tiga periode oleh Perempuan Mahardhika. apa yang membangkitkan antusiasme peserta dalam mengikuti program perdana di kota Makassar dan Ternate?dan apa pula yang menyebabkan program Sekolah Feminis untuk Kaum Muda berhasil untuk ketiga kalinya di kota Yogyakarta?
Tidak lagi menjadi hal yang tabu ketika persoalan perempuan mulai menjadi perbincangan sebagai salah satu problem sosial. Banyak kalangan yang mulai mempertanyakan bagaimana kontribusi demokrasi terhadap pengembangan kapasitas perempuan serta menjadikannya sebagai salah satu elemen masyarakat dengan kewarganegaraan penuh. Bukan menjadi hal mudah untuk memulai semua ini setelah sekian lama perempuan Indonesia “dikurung” dalam manisnya ideologi ibu-isme dan “takdir alamiahnya”. ketika persoalan kesetaraan menjadi perdebatan dikalangan akademisi, kaum muda mulai menerima sedikit transformasi ideologi yang semakin memperjelas pemahaman mereka tentang mengapa perempuan harus setara dan bagaimana cara menyetarakannya. Namun sayang, teori tentang kesetaraan gender tidak pernah diterima secara sistematis oleh kaum muda yang dilandasi oleh fakta bahwa kurikulum yang setara gender masih sangat jarang diadopsi oleh lembaga pendidikan formal di Indonesia, di tambah lagi dengan praktek sosial, politik maupun hukum yang menjadi elemen pengokoh penyingkiran perempuan dari ladang HAM dan Demokrasi di Indonesia. Hal ini pulalah yang menjadikan isu kesetaraan dan ideologi feminisme diterima secara parsial oleh masyarakat.
Situasi ini memberikan motivasi kepada Perempuan Mahardhika sebagai salah satu organisasi perempuan progresif di Indonesia untuk dapat memberikan pemahaman secara utuh mengenai ketidak setaraan perempuan, akar penyebabnya serta jalan keluar agar kesetaraan bukan lagi menjadi hal yang mewah bagi perempuan. dengan kegigihan dan ketekunan jajaran anggota mahardhika, cita-cita ideologisasi teori kesetaraan dikemas menjadi program terencana dengan kurikulum yang sistematis serta tenaga pengajar yang kompeten layaknya sebuah institusi pendidikan. Konkritisasinya, tepat pada tahun 2008 Sekolah Feminis untuk Kaum Muda resmi menjadi program pendidikan Perempuan Mahardhika hingga saat ini.
Berbeda dengan periode sebelumnya yang hanya dilaksanakan di Yogyakarta, periode ketiga ini Perempuan Mahardhika memberanikan diri untuk memperluas jangkauan Sekolah Feminis untuk Kaum Muda ketiga kota di Indonesia, yaitu Makassar pada tanggal 4,5 dan 6 Februari 2011, Ternate pada tanggal 11, 12 dan 13 Februari 2011 serta Yogyakarta pada tanggal 25, 26 dan 27 Februari 2011.
Makassar dan Ternate merupakan kota perluasan pertama untuk program Sekolah Feminis untuk Kaum Muda. Berbekal pengalaman sebelumnya dari kota Yogyakarta, kepanitiaan di Kota Makassar dan Ternate percaya diri akan sukses menjalankan program ini sebagaimana yang terjadi di kota Yogayakarta pada periode sebelumnya. Manajemen yang rapi serta koordinasi yang terkontrol dipadu oleh kegigihan segenap panitia telah membimbing program perdana masing-masing kota tersebut mencapai keberhasilan. Selain terbukti dari antusiasme kaum muda di kota Makassar dan Ternate, Rencana Tindak lanjut yang disusun oleh para peserta pun berhasil melalui prosesi yang baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu peserta yang bernama Rahma dari kota Makassar “awalnya kupikir sekolah feminis ini sama dengan program seminar dan lainnya tapi ternyata berbeda, "Keren banget". Selain dapat ilmu, juga dapat kemampuan praktek di outclass juga ada outboundnya, seru banget deh pokoknya”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Osin, peserta dari Kota ternate. Menurut Oshin, melalui Sekolah Feminis untuk Kaum Muda, dia telah memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai feminisme. Menurut mahasiswa yang berasala dari Universitas Khairun Ternate ini, Feminisme yang awalnya menjadi kata yang tabu dan menyeramkan bagi banyak kalangan, kini menjadi kata yang membanggakan bagi dia karena dia ingin menjadi salah satu bagian dari pergerakan tersebut. “banyak sekali yang bisa kudapatkan disini (sekolah feminis-red), metodenya juga asyik banget, ada dramanya, ada bermain peran, dan hebatnya lagi permainan-permainan itu semuanya justru sangat membuat kami menjadi jelas tentang materi” tambahnya bersemangat.
Tidak jauh berbeda dengan Irzan yang berasal dari kota Ternate. Program ini menjadi menarik dan unik karena dilengkapi dengan kegiatan outclass dan outbound yang mampu melatih kemampuan peserta dalam mengaplikasikan teori yang telah di terimanya dalam bentuk karya serta mempertajam analisa peserta dalam merumuskan strategi dan kerjasama “saya tertarik banget dengan outclassnya, terutama di sesi jurnalistik, aku jadi tahu teknik-teknik menulis yang baik. Outboundnya juga seru banget, walaupun ada beberapa peserta yang tidak sportif sich”.
Kota Yogyakarta yang telah berbekal pengalaman 2 periode Sekolah Feminis untuk Kaum Muda, kembali terpilih menjadi kota sasaran pelaksanaan program dengan beberapa capaian perbaikan yang konstruktif. “dengan berbekal 2 kali pengalaman pelaksanaan program dengan segala capaian dan evaluasinya, maka harapannya, periode kali ini Sekolah Feminis untuk Kaum Muda akan menjadi semakin baik secara manajemen maupun teknik pelaksanaan”, ungkap ketua panitia kota Yogyakarta, Christina Yulita Purbawati. Kerja keras panitia yogyakarta akhirnya membuahkan hasil, peserta yang mendaftar di kota tersebut melebihi target 100 peserta yang telah ditetapkan. “peserta yang mendaftar mencapai 118 orang dan terpaksa kami lakukan seleksi. Bagi peserta yang tidak diterima, akan tetap kami wadahi dalam program pendidikan kami lainnya” ungkap yuli.
Secara teknik, metode pelaksanaan dan kurikulum pendidikan Sekolah Feminis untuk Kaum Muda di ketiga kota tersebut tidak jauh berbeda. Namun panitia di masing-masing kota dibebaskan untuk mengembangkan konsep sekolah secara inovatif. Misalnya di kota Yogyakarta, panitia menjalankan sesi perkenalan melalui tarian dikemas secara menarik dan youth friendly. Alhasil, peserta menjadi semakin penasaran untuk mengikuti program hingga selesai.
Secara teknik, metode pelaksanaan dan kurikulum pendidikan Sekolah Feminis untuk Kaum Muda di ketiga kota tersebut tidak jauh berbeda. Namun panitia di masing-masing kota dibebaskan untuk mengembangkan konsep sekolah secara inovatif. Misalnya di kota Yogyakarta, panitia menjalankan sesi perkenalan melalui tarian dikemas secara menarik dan youth friendly. Alhasil, peserta menjadi semakin penasaran untuk mengikuti program hingga selesai.
Ketika ditanyai tentang harapan dari program Sekolah Feminis untuk Kaum Muda, para peserta punya pendapatnya sendiri “aku ingin menjalankan pameran karya dengan baik dan ingin mempraktekkan langsung apa yang telah aku peroleh selama sekolah feminis sehingga bagi mereka yang tidak mempunyai kesempatan mengikuti sekolah feminis juga bisa mendapatkan ilmu-ilmunya”,ungkap Tesya, salah satu mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Pameran karya merupakan program tindak lanjut dari peserta Sekolah Feminis untuk Kaum Muda di ketiga kota. Dalam program pameran karya peserta akan mengorganisir sendiri pelaksanaannya serta dibebaskan untuk berkarya berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang telah diperolehnya di Sekolah Feminis untuk Kaum Muda. Bagi Mitha dari kota Yogyakarta, Sekolah Feminis untuk Kaum Muda menjadi bekalnya untuk terlibat dalam perjuangan kesetaraan perempuan ”harapan saya ingin berjuang memajukan perempuan Indonesia berbekal pengetahuan yang saya peroleh dari Sekolah Feminis maupun buku yang telah saya baca.”
Keharuan menyelimuti suasana penutupan Sekolah Feminis untuk Kaum Muda di ketiga kota. Ada rasa enggan untuk mengakhiri keakraban yang telah terjalin antar peserta maupun panitia selama sekolah berlangsung. Mayoritas peserta keinginannya untuk selalu menjalin koordinasi agar barisan pembebasan perempuan menjadi semakin kokoh. Pertemuan selama tiga hari ditutup dengan teriakan yel-yel oleh seluruh panitia dan peserta di masing-masing kota pelaksana.
Panitia “SEKOLAH FEMINIS UNTUK KAUM MUDA?”
Peserta “MENJADI BERANI, CERDAS, PROGRESIF DAN BAIK HATI. AGAR ADIL DALAM PIKIRAN LALU MENGUBAH DUNIA. YEAHHHHH”
Semoga benar-benar dapat menjadi kaum muda yang membawa perubahan bagi dunia. (LIM)
Gak kan nyesel ikut SF.. Seru, Keren, Hebat...
BalasHapus“MENJADI BERANI, CERDAS, PROGRESIF DAN BAIK HATI. AGAR ADIL DALAM PIKIRAN LALU MENGUBAH DUNIA...
semoga sukses SF IV... mudah"an nanti ada lagi SF V, VI dan seterusx... hehe^^