PEREMPUAN KELUAR RUMAH! BANGUN ORGANISASI dan GERAKAN PEREMPUAN LAWAN PATRIARKI dan KAPITALISME untuk KESETARAAN dan KESEJAHTERAAN

15 Juni 2012

PRESIDEN, JANGAN SELALU DESKRIDITKAN ORANG PAPUA, SEGERA EVALUASI KEAMANAN DI PAPUA


Eskalasi kekerasan di Papua semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. Teror, kekerasan dan ancaman menjadi wajah keseharian kehidupan masyarakat di Papua. Sepanjang bulan Juni saja, sebanyak 11 orang meninggal dunia dan 5 orang luka-luka akibat ditembak secara misterius.

Situasi ini harusnya menjadi perhatian serius Presiden. Nyawa yang hilang sia-sia harus dipandang sebagai bentuk kelalaian Negara dalam memberikan perlindungan keamanan bagi warga negaranya. Presiden tak dapat dengan mudahnya menyatakan bahwa apa yang terjadi di Papua hanya dalam ‘skala kecil dan korban yang  limited’. Pernyataan Presiden yang menuduh separatis di balik serangan yang beruntun di Papua juga terlalu dini dan tampak jelas kembali mendeskreditkan orang Papua. Presiden justru menyalahkan orang Papua yang telah menjadi korban dalam situasi ini. Hal ini memperkuat pernyataan pejabat pemerintahan dan aparat keamanan yang simpang siur dan justru memperkeruh suasana di Papua. Semestinya semua pihak menunggu hasil penyelidikan yang menyeluruh untuk membuka tabir kekerasan dan pelaku kekerasan di Papua sebagai bentuk pengungkapan kebenaran dan pertanggungjawaban negara.

Terhadap berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi ini, kami mendesak Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan untuk :

  1. Memastikan agar kekerasan segera dihentikan.

  1. Menginstruksikan seluruh institusi pemerintahan serta aparat keamanan untuk segera memulihkan keamanan di Papua dan menjamin rasa aman bagi rakyat Papua.

3.      Menginstruksikan efektivitas peran satuan intelejen dari Polri, TNI dan BIN untuk bersinergi dalam mencari informasi untuk menjadi masukan bagi pengambilan kebijakan untuk Papua. 
4.      Mengevaluasi kinerja Polri dan TNI di Papua yang nyata telah gagal memberikan perlindungan keamanan di Papua.
5.      Membentuk tim pencari fakta independen untuk menggelar penyelidikan secara cepat, efektif agar dapat mengungkap kebenaran dan membawa pelaku ke dalam proses hukum.
6.      Membentuk tim untuk audit penggunaan senjata dan peluru, terutama peluru-peluru yang digunakan dalam penembakan/pembunuhan misterius untuk mendeteksi sejauhmana kemungkinan penyelundupan senjata terjadi.

7.      Mempercepat kebijakan yang terukur dan terformalisasi untuk mewujudkan damai di Papua

 SOLIDARITAS KEMANUSIAAN UNTUK PAPUA

(National Papua Solidarity NAPAS; Aliansi Mahasiswa Papua; KAMPAK; Foker LSM Papua; KontraS; IHSC; Walhi; YLBHI; Pembebasan; Relawan Demokrasi)



CATATAN PERISTIWA KEKERASAN DI PAPUA 2012

Penyerangan oleh anggota TNI Batalyon Infantri 756/Wamena terhadap warga Kampung Honay Lama Wamena Jayawijaya, Papua, Rabu, 6 Juni 2012, pukul 15.00 wit. Dalam penyerangan tersebut, aparat menyiksa 14 penduduk sipil, 1 orang meninggal dan 13 luka-luka kritis. Aparat membakar 1 unit mobil, 8 motor, 31 rumah milik warga, 24 bangunan rumah sehat, 9 tempat usaha (kios), dan merusak 2 mobil, dan 23 rumah. Penyerangan ini sebagai bentuk aksi balas dendam terhadap pengeroyokan 2 anggota TNI 756/Wamena yang dilakukan oleh warga Hanoy Lama sekitar pukul 12.30 wit. Dua  anggota TNI dikeroyok oleh warga karena menabrak seorang anak berumur 10 tahun di jalan kampung. Tindakan pengeroyokan mengakibatkan 1 anggota TNI tewas dan 1 luka kritis.

  • Satuan Brimob Polda Papua menembak mati Melianus Kegepe, dan melukai Lukas Kegepe, Selvius Kegepe, Amos Kegepe, dan Yulianus Kegepe, pada hari Selasa, 15 Mei 2012, di Lokasi 45 Degeuwo, Desa Nomouwo, Distrik Bogobaida, Pania, Papua. Peristiwa berawal dari keributan antara Lukas dan kawannya dengan pemilik biliar di tempat biliar. Pemilik biliar menelpon pos Brimob. Tidak berapa lama berselang puluhan personil Brimob mendatangi lokasi dan langsung melakukan penyiksaan dan menembak para korban.

  • Tanggal 4 Juni 2012, aparat kepolisian membubar paksa demontrasi dan melakukan penyiksaan terhadap massa KNPB.  Yesa Mirin, salahg seorang aktivis KNPB meninggal setelah dihajar dengan benda tumpul oleh personil polisi. Sementara Fanuel Taplo, kritis akibat luka tembak dibagian tangan kiri dan Ensan Sambolin mengalami patah tangan. Aparat kepolisian juga menangkap secara sewenang-wenang 43 orang massa KNPB.

  • Seorang warga, Yosias Tabuni tewas ditembak oleh personil polisi dari Polresta Jayapura di Jalan Sam Ratulangi Dok V Yapis Jayapura, 7 Juni 2012.

  • Tim khusus Reskrim Polda Papua dan Bareskrim Mabes Polri menangkap sewenang-wenang Buchtar Tabuni, Riber Weya dan Hengki Olaua, di Abepura, Jayapura, 7 Juni 2012. Aparat polisi menuduh ketiga petinggi KNPB terlibat dalam beberapa aksi kekerasan yang marak di Papua. Ketiga orang tersebut ditangkap usai mengadakan rapat dengar pendapat dengan DPR Papua.
Selain aksi kekerasan yang dilakukan secara terang-terangan oleh militer dan polisi. Kami juga menemukan serangkain aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tidak dikenal (OTK). Dalam catatan kami, OTK telah melakukan 18 kali aksi penembakan yang menewaskan 9 warga sipil dan melukai 23 orang dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2012.

Beberapa catatan terbaru kasus penembakan warga sipil oleh OTK;

  • Penembakan terhadap Tri Sasono, warga asal Ngawi, Jawa Timur yang bekerja sebagai Satuan Pengamanan (Satpam) Supermaket Saga Abe. Korban ditembak saat sedang mengendarai sepeda motor Yamaha VEGA R nomor polisi DS 3816 AE di halaman gedung FKIP kawasan Kampus Universitas Cenderawasih, Abepura, Kota Jayapura,  10 Juni 2012.

  • Rabu 6 Juni 2012, sekitar pukul 21.00 WIT, Arwan Kusdini, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Komando Daerah Militer (KODAM) XVII/Cenderawasih juga tewas ditembak saat pulang dari Markas Kodam di jalan Walikota, kota Jayapura.

  • Iqbal Rivai dan Hardi Jayanto yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya ditembak oleh pelaku di daerah Pelabuhan Porasco Jayapura, 5 Juni. Kedua korban mengalami luka tembak di pinggang kanan tembus ke perut. Saat ini, kedua korban masih dirawat di RSUD Dok 2 Kota Jayapura.

  • Seorang pelajar SMA Alam Kudus Papua, Golberth Febrian Madika juga jadi sasaran penembakan OTK. Korban yang mengendarai sepeda motor Honda jenis Kharisma bernomor polisi DS 2544AN ditembak saat melintas di turunan Skyline, dekat Kantor Otonom, 4 Juni.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar