Eskalasi kekerasan di Papua semakin
meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. Teror, kekerasan dan ancaman
menjadi wajah keseharian kehidupan masyarakat di Papua. Sepanjang bulan Juni
saja, sebanyak 11 orang meninggal dunia dan 5 orang luka-luka akibat ditembak
secara misterius.
Situasi ini harusnya menjadi perhatian
serius Presiden. Nyawa yang hilang sia-sia harus dipandang sebagai bentuk kelalaian
Negara dalam memberikan perlindungan keamanan bagi warga negaranya. Presiden
tak dapat dengan mudahnya menyatakan bahwa apa yang terjadi di Papua hanya
dalam ‘skala kecil dan korban yang
limited’. Pernyataan Presiden yang menuduh separatis di balik serangan
yang beruntun di Papua juga terlalu dini dan tampak jelas kembali mendeskreditkan
orang Papua. Presiden justru menyalahkan orang Papua yang telah menjadi korban
dalam situasi ini. Hal ini memperkuat pernyataan pejabat pemerintahan dan
aparat keamanan yang simpang siur dan justru memperkeruh suasana di Papua.
Semestinya semua pihak menunggu hasil penyelidikan yang menyeluruh untuk
membuka tabir kekerasan dan pelaku kekerasan di Papua sebagai bentuk
pengungkapan kebenaran dan pertanggungjawaban negara.
Terhadap berbagai peristiwa kekerasan
yang terjadi ini, kami mendesak Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan untuk :
- Memastikan agar kekerasan segera dihentikan.
- Menginstruksikan seluruh institusi pemerintahan serta
aparat keamanan untuk segera memulihkan keamanan di Papua dan menjamin
rasa aman bagi rakyat Papua.
3.
Menginstruksikan efektivitas peran satuan intelejen dari
Polri, TNI dan BIN untuk bersinergi dalam mencari informasi untuk menjadi
masukan bagi pengambilan kebijakan untuk Papua.
4.
Mengevaluasi kinerja
Polri dan TNI di Papua yang nyata telah gagal memberikan perlindungan keamanan
di Papua.
5.
Membentuk tim pencari fakta independen untuk menggelar
penyelidikan secara cepat, efektif agar dapat mengungkap kebenaran dan membawa
pelaku ke dalam proses hukum.
6.
Membentuk tim untuk audit penggunaan senjata dan peluru,
terutama peluru-peluru yang digunakan dalam penembakan/pembunuhan misterius
untuk mendeteksi sejauhmana kemungkinan penyelundupan senjata terjadi.
7.
Mempercepat kebijakan yang terukur dan terformalisasi
untuk mewujudkan damai di Papua
(National Papua Solidarity NAPAS; Aliansi Mahasiswa Papua;
KAMPAK; Foker LSM Papua; KontraS; IHSC; Walhi; YLBHI; Pembebasan; Relawan
Demokrasi)
CATATAN PERISTIWA KEKERASAN DI PAPUA 2012
Penyerangan oleh anggota TNI Batalyon
Infantri 756/Wamena terhadap warga Kampung Honay Lama Wamena Jayawijaya, Papua,
Rabu, 6 Juni 2012, pukul 15.00 wit. Dalam penyerangan tersebut, aparat menyiksa
14 penduduk sipil, 1 orang meninggal dan 13 luka-luka kritis. Aparat membakar 1
unit mobil, 8 motor, 31 rumah milik warga, 24 bangunan rumah sehat, 9 tempat
usaha (kios), dan merusak 2 mobil, dan 23 rumah. Penyerangan ini sebagai bentuk
aksi balas dendam terhadap pengeroyokan 2 anggota TNI 756/Wamena yang dilakukan
oleh warga Hanoy Lama sekitar pukul 12.30 wit. Dua anggota TNI dikeroyok oleh warga karena
menabrak seorang anak berumur 10 tahun di jalan kampung. Tindakan pengeroyokan mengakibatkan
1 anggota TNI tewas dan 1 luka kritis.
- Satuan Brimob Polda Papua menembak mati Melianus
Kegepe, dan melukai Lukas Kegepe, Selvius Kegepe, Amos Kegepe, dan
Yulianus Kegepe, pada hari Selasa, 15 Mei 2012, di Lokasi 45 Degeuwo, Desa
Nomouwo, Distrik Bogobaida, Pania, Papua. Peristiwa berawal dari keributan
antara Lukas dan kawannya dengan pemilik biliar di tempat biliar. Pemilik
biliar menelpon pos Brimob. Tidak berapa lama berselang puluhan personil
Brimob mendatangi lokasi dan langsung melakukan penyiksaan dan menembak
para korban.
- Tanggal 4 Juni 2012, aparat kepolisian membubar paksa
demontrasi dan melakukan penyiksaan terhadap massa KNPB. Yesa Mirin, salahg seorang aktivis KNPB
meninggal setelah dihajar dengan benda tumpul oleh personil polisi.
Sementara Fanuel Taplo, kritis akibat luka tembak dibagian tangan kiri dan
Ensan Sambolin mengalami patah tangan. Aparat kepolisian juga menangkap
secara sewenang-wenang 43 orang massa KNPB.
- Seorang warga, Yosias Tabuni tewas ditembak oleh
personil polisi dari Polresta Jayapura di Jalan Sam Ratulangi Dok V Yapis
Jayapura, 7 Juni 2012.
- Tim khusus Reskrim Polda Papua dan Bareskrim Mabes
Polri menangkap sewenang-wenang Buchtar Tabuni, Riber Weya dan Hengki
Olaua, di Abepura, Jayapura, 7 Juni 2012. Aparat polisi menuduh ketiga
petinggi KNPB terlibat dalam beberapa aksi kekerasan yang marak di Papua.
Ketiga orang tersebut ditangkap usai mengadakan rapat dengar pendapat
dengan DPR Papua.
Selain aksi kekerasan yang dilakukan
secara terang-terangan oleh militer dan polisi. Kami juga menemukan serangkain
aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tidak dikenal (OTK). Dalam catatan
kami, OTK telah melakukan 18 kali aksi penembakan yang menewaskan 9 warga sipil
dan melukai 23 orang dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2012.
Beberapa catatan terbaru kasus penembakan warga sipil oleh
OTK;
- Penembakan terhadap Tri Sasono, warga asal Ngawi, Jawa
Timur yang bekerja sebagai Satuan Pengamanan (Satpam) Supermaket Saga Abe.
Korban ditembak saat sedang mengendarai sepeda motor Yamaha VEGA R nomor
polisi DS 3816 AE di halaman gedung FKIP kawasan Kampus Universitas
Cenderawasih, Abepura, Kota Jayapura,
10 Juni 2012.
- Rabu 6 Juni 2012, sekitar pukul 21.00 WIT, Arwan
Kusdini, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Komando Daerah Militer (KODAM)
XVII/Cenderawasih juga tewas ditembak saat pulang dari Markas Kodam di
jalan Walikota, kota Jayapura.
- Iqbal Rivai dan Hardi Jayanto yang sedang dalam
perjalanan pulang ke rumahnya ditembak oleh pelaku di daerah Pelabuhan
Porasco Jayapura, 5 Juni. Kedua korban mengalami luka tembak di pinggang
kanan tembus ke perut. Saat ini, kedua korban masih dirawat di RSUD Dok 2
Kota Jayapura.
- Seorang pelajar SMA Alam Kudus Papua, Golberth Febrian
Madika juga jadi sasaran penembakan OTK. Korban yang mengendarai sepeda
motor Honda jenis Kharisma bernomor polisi DS 2544AN ditembak saat melintas
di turunan Skyline, dekat Kantor Otonom, 4 Juni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar