PEREMPUAN KELUAR RUMAH! BANGUN ORGANISASI dan GERAKAN PEREMPUAN LAWAN PATRIARKI dan KAPITALISME untuk KESETARAAN dan KESEJAHTERAAN

10 Maret 2012

Berita Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2012



08 Maret 2012 | 13:57 wib
Ratusan Aktivis Perempuan Tolak Sistem Kapitalisme
  01
YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Peringatan Hari Perempuan Sedunia di Yogyakarta, Kamis (8/3), diwarnai dengan aksi demo. Ratusan aktivis wanita yang menamakan diri Gerakan Perempuan Indonesia (Gepari), menyuarakan aspirasi di halaman Gedung DPRD Provinsi DIY.
Mereka menyebut negara gagal melindungi dan mensejahterakan kaum perempuan. Indikasinya terlihat dari berbagai hal. Mulai dari maraknya kasus hukum yang menimpa perempuan, hingga masalah upah yang rendah.
Koordinator aksi, Ade mengatakan meski keterlibatan perempuan di parlemen meningkat, namun penetapan produk hukum yang diskriminatif terhadap kaum hawa juga semakin banyak. "Tiap tahun Hari Perempuan diperingati di seluruh dunia. Tapi di negara kita, masih saja ditemui wanita yang menjadi korban penindasan dan ketidakadilan," katanya.

Kondisi yang menyudutkan posisi perempuan ini disebabkan negara yang menganut sistem kapitalisme. Banyak imbas negatif yang akhirnya harus ditanggung perempuan seperti pelanggaran hak cuti haid, cuti hamil, dan cuti melahirkan. "Para kapitalis memanfaatkan situasi untuk mendapatkan buruh perempuan dengan upah murah. Mereka juga rentan di-PHK karena anggapan perempuan bukan pencari nafkah utama," tegasnya.

Ketika berhadapan dengan hukum terutama menyangkut kasus kekerasan seksual, posisi wanita juga kerap disudutkan. Dalam KUHP, perkosaan masih menjadi satu pasal dengan bab kesusilaan. Padahal kasus itu murni murni kriminal. "Artinya pemerkosa hanya dianggap sebagai orang dengan perbuatan tidak bermoral. Seharusnya kasus perkosaan diberi bab sendiri yang isi pasal dan hukumannya lebih tegas," tandasnya.
Aksi yang dilakukan gabungan kelompok aktivis itu berlangsung damai. Mereka mengawali aksi dari Taman Abu Bakar Ali menuju perempatan Kantor Pos Besar. Sepanjang aksi digelar tidak nampak pengawalan ketat aparat. Arus lalu lintas di sepanjang kawasan Malioboro juga terpantau lancar.
( Amelia Hapsari / CN34 / JBSM   )

_________
http://krjogja.com/read/121268/nasib-perempuan-masih-memprihatinkan.kr
YOGYA (KRjogja.com) - Momentum hari perempuan internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret dianggap bertolak belakang dengan nasib perempuan yang masih memprihatinkan. Indonesia bahkan dituding menjadi salah satu negara yang gagal melindungi dan mensejahterakan kaum perempuan.

Fenomena inilah yang menggugah puluhan perempuan yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Indonesia (Gepari) untuk melakukan aksi menuntut kesetaraan dan kesejahteraan kaum perempuan. Aksi dimulai dari kawasan parkir abu bakar ali menuju kawasan titik nol Yogyakarta, Kamis (8/3).

Koordinator aksi, Fatum Ade menuturkan, di berbagai negara termasuk Indonesia, hari perempuan internasional diperingati setiap tahun. Akan tetapi, perempuan masih saja tertindas dan mengalami ketidakadilan di berbagai sektor. Bahkan kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang menimpa perempuan semakin hari semakin meningkat.

"Perempuan menjadi objek yang paling rentan menerima tindak kekerasan dan ketidakadilan. Bahkan kebijakan di berbagai sektor khususnya pekerjaan, tidak memberikan keberpihakan pada perempuan. Banyak perusahaan yang tidak mengijinkan cuti haid, hamil dan reproduksi. Pelecehan seksual di lingkungan kerja juga masih terus terjadi," tuturnya.

Nasib kaum perempuan, lanjutnya, semakin terpojokkan dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah yang diskriminatif. Salah satunya adalah kasus perkosaan yang diatur dalam KUHP, masih menjadi satu pasal dalam bab kesusilaan. Padahal kasus tersebut murni kriminal.


"Kebijakan pemerintah lain yang makin memperburuk nasib perempuan adalah rencana kenaikan BBM. Langkah tersebut otomatis akan menimbulkan penindasan dan kemiskinan dengan upah buruh murah dan pekerja yang mayoritas perempuan akan semakin menderita," tegasnya.

Pihaknya menuntut, hari perempuan internasional ini bisa dijadikan satu momentum bagi pemerintah untuk memberikan jaminan hukum dan perlindungan bagi perempuan. Pemerintah juga diminta untuk mencabut berbagai aturan dan kebijakan yang diskriminatif.

"Perempuan berhak untuk memperoleh kesetaraan dan kesejahteraan di berbagai sektor. Termasuk jaminan pendidikan, kesehatan, dan perlindungan dalam pekerjaan maupun kesempatan untuk berpolitik," tandasnya. (Aie)

Foto: http://krjogja.com/news_image/img/121268 Massa Gepari saat melakukan orasi di depan gedung DPRD DIY. Foto: Rani DL

http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1331185894/aksi-hari-perempuan-internasional
Mojokerto: https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/431353_343779482329946_100000936914889_955876_1424306304_n.jpg







Tidak ada komentar:

Posting Komentar