SF Lanjutan -
Perempuan Mahardhika
Setelah
sukses menyelenggarakan Sekolah Feminis (SF) untuk Pemula beberapa bulan yang
lalu, Komite Nasional (KN) Mahardhika kemudian melaksanakan tahap lanjut dari program
pendidikan tersebut yang bernama SF Lanjutan, bertempat di Jakarta, 11-12
Desember 2012 lalu.
Jika SF
Pemula berisi tentang pengenalan awal problem-problem perempuan maka pada SF
Lanjutan ini peserta diajak untuk mengetahui landasan-landasan teoritik tentang
problem tersebut. Oleh karena itu dipilihlah 2 topik utama dalam SF kali ini
yaitu pembahasan tentang Patriarki dan Kapitalisme.
Peserta dari
SF Lanjutan ini utamanya adalah mereka yang sudah mengikuti program SF Pemula
untuk Mahasiswa ataupun Buruh. Akhirnya, terdapat 20 orang peserta SF Lanjutan
dengan perincian 2 peserta dari Medan, 2 dari Samarinda, 3 dari Makassar dan 1
dari Sinjai. Kemudian, 1 dari Ternate, 2 dari Yogyakarta, 5 dari Mojokerto, dan
3 orang dari Jakarta (peserta SF Buruh) serta 1 lagi adalah kawan laki-laki
dari pimpinan organisasi Mahasiswa (PEMBEBASAN) yang mendaftarkan diri menjadi
peserta.
Di hari
pertama SF ini peserta diajak untuk mengetahui serba-serbi patriarki. Sesi ini
difasilitatori oleh Myra Diarsi, salah satu aktivis feminis Indonesia. Pertama,
peserta diajak untuk memperdalam sebaran/dampak patriarki dalam kehidupan
perempuan, yang sebenarnya telah diperkenalkan dalam materi SF Pemula. Peserta
diajak untuk merefleksikan dampak tersebut dalam kehidupan sehari-hari mulai
dari ranah tubuh dan keluarga, tempat kerja serta negara.
Ada satu yang
menarik ketika salah seorang peserta mengungkapkan tentang tradisi patriarki “memukul
payudara perempuan” yang hingga saat ini masih dipraktekkan oleh masyarakat di
Bumbana, Sulawesi Tenggara. Memukul-mukul payudara (biasanya dengan alat
pengambil nasi) dilakukan oleh seorang ibu pada anak gadisnya ketika sudah
beranjak dewasa. Hal itu dilakukan agar anak tersebut tidak memiliki payudara
besar. Masyarakat meyakini bahwa payudara besar adalah salah satu penyebab
terjadinya pemerkosaan terhadap perempuan karena memicu bangkitnya birahi
laki-laki.
Dalam sesi
patriarki juga disebutkan tentang tidak adanya penghargaan terhadap setiap
nilai kerja yang dihasilkan perempuan. Jika perempuan bekerja di ranah publik
maka ia akan diupah murah atau lebih rendah dari laki-laki, sedangkan
pekerjaan-pekerjaannya di ranah domestik dianggap sebagai kerja yang tidak
menghasilkan (reproduktif). Patriarki juga telah membuat peran-peran gender
menjadi sangat kaku dan menindas. Membuat laki-laki tidak bisa menjadi feminim,
berperasaan lembut, menangis untuk mengekspresikan sesuatu karena menganggap
gender tersebut rendah dan tak bernilai. Kemudian, perempuan sangat rawan
menjadi sasaran kekerasan dan pelecehan seksual karena keberadaannya hanya
dianggap sebagai objek seksual.
Penindasan patriarki
ini juga lintas identitas jender, dalam makna distribusi kuasa tak setara ini
juga bisa terjadi dalam relasi homoseksual (sesama jenis). Masih terdapat peran
jender “laki-laki” seperti harus memimpin, menjadi yang utama dan dipatuhi, dsb
yang dilakukan oleh seks laki-laki ataupun perempuan.
Walaupun
penindasan patriarki begitu dalam menyerang tubuh dan seksualitas perempuan,
namun belum tentu mudah bagi seorang perempuan untuk membongkar kasus-kasus yang
menimpa pada dirinya sendiri. Perempuan seringkali menjadi LIYAN (bahasa jawa
yang berarti orang lain) ketika dihadapkan pada persoalan patriarki yang
menimpanya. Seribu satu alasan muncul justru untuk melindungi pelaku kekerasan
itu sendiri yang umumnya adalah laki-laki dekat dari korban.
Setelah
mengupas konsep dan bentuk patriarki, sesi I dalam SF Lanjutan ini diakhiri dengan
testimoni dari beberapa aktivis perempuan. Dua diantaranya adalah Theresia
Iswarini dan Estu Fanani. Dalam pengalaman kedua aktivis tersebut diceritakan
bahwa pilihan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan oleh perempuan. Di setiap
fase kehidupan, perempuan akan dihadapkan pada satu titik persimpangan.
Tidak memilih
untuk memasak di tengah masyarakat yang mencitrakan perempuan dengan tugas
memasak, kemudian memilih pilihan studi lapangan di tengah citra pilihan
tersebut hanya untuk laki-laki adalah tantangan bagi perempuan. Teguh dan yakin
terhadap diri sendiri kuncinya.
Testimoni
ketiga hadir oleh Sri Sulistiyawati (Eyang Sri), seorang perempuan pejuang
mantan anggota Gerwani yang hingga kini masih aktif dalam perjuangan penegakan
HAM. Melalui sesi ini peserta diajak untuk mendengarkan secara langsung
pengalaman perjuangan politik kesetaraan perempuan dalam masa sebelum 1965,
serta keteguhan dalam memegang prinsip perjuangan tersebut.
Walaupun 11
tahun harus merasakan pengalaman hidup di penjara, hingga berumur 72 tahun
masih harus memperbaharui KTP setiap 5 tahun, harus hidup berpindah-pindah
rumah, namun tak sekalipun raut muka sedih tersirat pada wajah Eyang Sri. Keyakinan akan perjuangan telah membawanya
pada suka cita untuk terus menghadapi tantangan perjuangan tersebut.
Selanjutnya,
di hari II pelaksanaan SF peserta diajak untuk belajar tentang kapitalisme. Sebenarnya
kapitalisme sendiri bukanlah hal baru bagi mayoritas peserta SF Lanjutan. Namun
dalam materi kali ini peserta diajak untuk melihat sistem kapitalisme sebagai
satu sistem yang menopang keberlangsungan patriarki dalam masyarakat dunia.
Dalam proses
memfasilitasi sesi ini, Zely Ariane (Koord. Dept. Sekolah Feminis Mahardhika)
mencoba menjelaskan bahwa tidak hanya alam dan tekhnologi bentuk alat produksi
yang dimiliki oleh kelas bermilik, tapi dalam analisa patriarki manusia perempuan juga menjadi alat
produksi yang kemudian dimiliki oleh laki-laki (kepemilikan manusia).
Dalam materi
ini dijelaskan pula bahwa tidak ada kontradiksi penempatan isu-isu pembebasan
perempuan sebagai yang prioritas atau tidak di dalam perjuangan kelas. Saat ini
sistem kapitalisme telah begitu dalamnya berkawin dengan patriarki, mulai dari
ranah keluarga, tempat kerja hingga negara. Di ranah keluarga, kapitalisme
telah menggunakan patriarki untuk membuat perempuan memelihara dan menjaga
generasi secara gratis, melayani rumah tangga suami, penerus nilai-nilai yang
mempertahankan kapitalisme. Di ranah publik (tempat kerja), menjadikan
perempuan sebagai pekerja berupah merah dan rawan kekerasan serta pelecehan. Kapitalisme
juga telah menggunakan seksualitas perempuan sebagai sumber akumulasinya
(industri kecantikan dan pornografi).
Dalam
kaitannya dengan relasi homoseksual, kapitalisme juga menyumbang besar terhadap
perkembangan homofobia (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap perilaku
homoseksual). Bentuk patriarki yang diadopsi oleh kapitalisme adalah logika
bahwa semua tindakan seksual yang tidak bertujuan untuk reproduksi adalah haram
untuk dilakukan.
Sekarang adalah
saat bagi perempuan untuk melawan hambatan-hambatan material dan spiritual yang
menekan laju perkembangan tenaga produktif perempuan. Merubah corak produksi
kapitalisme yang memiskinkan manusia pekerja, serta menggugat kepemilikan
laki-laki yang menyebabkan distribusi kuasa tak setara pada perempuan.
Saatnya
belajar, berani, melawan dan membangun organisasi perempuan.
Salam
kesetaraan.
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
BalasHapusSaya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...